Insan kamil itu adalah sebuah konsep istilah yang memang mungkin
diwujudkan dalam kehidupan serta diupayakan pencapaiannya, misalnya melalui
upaya pendidikan dalam arti luas terhadap ketiga dimensi yang dimiliki manusia
tersebut.
Sebagai
sebuah konsep yang diupayakan pencapaiannya dalam kehidupan insan kamil
bukanlah manusia sempurna yang hanya bisa dikhayal kemunculannya, akan tetapi
manusia-manusia tersebut memang dapat diupayakan perwujudannya melalui
upaya-upaya konseptual sekaligus merealisasikan dalam kehidupan di dunia.
Pertama, kesempurnaan manusia itu
karena fisiknya yang sehat dan kuat hingga mampu menjalani segala aktivitas
kehidupan yang perlu dan harus dilakukan.
Dalam Al
Qur’an (QS. al-Abiya’:8) dijelaskan bahwa fisik atau jasad manusia memerlukan
makanan. Dengan demikian agar manusia mempunyai fisik yang baik, sehat dan kuat
ia harus makan. Dengan makan fisik manusia akan mengalami pertumbuhan, walaupun
pertumbuhan itu dibatasi oleh usia manusia itu sendiri. Di sisi lain al-Qur’an
menjelaskan bahwa makanan itu juga dapat mengakibatkan baik dan buruknya
terhadap kesehatan, salah satu ayat yang menerangkan bahwa madu itu merupakan
obat dan baik untuk manusia yaitu:
“Dari perut lebah itu keluar minuman yang
beraneka warna, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia” (QS. An-Nahl: 69).
Dalam
kaitannya untuk membentuk fisik manusia supaya sehat maka manusia mengkonsumsi
madu, niscaya fisiknya akan sehat sekaligus dapat menjadi obat bagi
penyakitnya. Dan dalam membentuk fisik yang kuat dan memelihara kesehatan agar
melakukan olah raga yang teratur makanan yang bergizi serta halal. Muhammad al
Ghazali mengatakan bahwa makanan yang sehat adalah makanan yang halal.
Mengandung semua zat yang diperlukan oleh tubuh manusia, serta dimakan dalam
takaran yang cukup. Tidak terlalu banyak dan tidak kurang. Sabda Rasulullah
SAW:
“Kita ini golongan umat
yang makan karena sudah lapar dan apa bila kita makan tidak terlalu kenyang”.
Dari uraian di atas dapat dipahami
bahwa untuk membentuk fisik menjadi sehat, baik dan kuat, seseorang harus hidup
teratur, makan makanan yang tepat, lingkungan sehat supaya terhindar dari
berbagai penyakit yang berakibat melemahkan fisik tentunya makanan tersebut
harus halal dan tayyib.
Kedua, manusia dikatakan makhluk yang
sempurna karena manusia dikarunia akal.
Akal adalah daya rohani untuk
memahami kebenaran yang bersifat mutlak maupun kemampuan yang bersifat relatif.
Oleh karena itu akal harus difungsikan apabila tidak, manusia akan sama dengan
binatang. Akal yang tidak berfungsi menjadikan qalbu manusia tertutup. Hingga
manusia kehilangan kemampuan untuk memahami kebenaran yang datangnya dari Allah
SWT.
Dalam
al-Qur’an banyak sekali ayat yang memerintahkan supaya manusia menggunakan
akalnya (QS. Al-Baqarah: 75-76) sebab manusia sempurna itu dikatakan sempurna
bila ia dapat menggunakan akalnya secara sempurna. Untuk menyempurnakan fungsi
akal hendaknya melatih dan belajar secara terus menerus Imam Syafi’i mengatakan
bahwa salah satu yang dapat merusak akal yaitu akal akan tertutup karenanya
adalah khamer, hal ini dapat dipahami dengan pengertian khamer itu sendiri:
“Suatu yang memabukkan dinamakan
khamer karena ada tiga alasan Pertama sesungguhnya ia menutup akal”.
Dari pengertian khamer tersebut dapat
dikatakan bahwa dengan meminum khamer akal akan tertutup, bila tertutup akal
tidak dapat berfungsi sebagaimana akal sehat. Oleh karena itu untuk mendapatkan
akal yang sehat hendaknya menghindari khamer atau barang sejenisnya.
Akal adalah salah satu unsur dari
pada ruh, dan merupakan alat tertinggi bagi manusia yang dapat dipergunakan
untuk memanfaatkan alam nyata. Alat itu harus dipergunakan.
Kecerdasan menggambarkan kemampuan
seseorang memanfaatkan akalnya, kemampuan itu tumbuh dari pengalaman dan pelajaran,
hal ini dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga usaha yakni:
- Kesadaran kemampuan pribadi itu sendiri atau ketekunan (kemauan dan usaha pribadi).
- Pendidikan pengajaran yang diterimanya (usaha luar).
- Campuran: ketekunan dan pengajaran yang tepat.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa dalam membentuk manusia yang
sempurna yaitu manusia yang mempunyai fungsi akal yang sempurna.
Menurut Sir Muhammad Iqbal,
sebagaimana dikutip Musa Asy’ari mengatakan bahwa akal sebagai daya rohani
untuk memahami kebenaran bekerja dengan menggunakan pikiran dan qalbu yang
keduanya berhubungan secara organis.
Selanjutnya dikatakan bahwa pikiran
dan qalbu dalam pandangan tauhid merupakan kesatuan fungsional dan kesatuan
mekanisme akal, keduanya merupakan sarana untuk memahami kebenaran. Dari uraian
dapat difahami bahwa hati atau qalbu sangat menentukan dalam aktifitas
pembuatan manusia, oleh karena itu manusia sempurna dibentuk dengan menjaga
diri dari segala penyakit hati, seperti riya, sombong, hasud, dan sebagainya.
Hal ini sering dikenal dengan ambisi pribadi.
Dengan manusia menghindari penyakit
hati ini akan menjadi jernih dan menyadari kebutuhan hatinya yaitu beribadah
kepada Allah, dengan demikian hatinya akan selalu hidup, kekuatan batinnya akan
tetap kokoh, sehingga perilaku lahirnya-pun akan ikut memancarkan cahaya
keimanan yang bersumber dari qalbunya. Jadi semua aktivitas akal yang dilakukan
merupakan kebenaran.
Dalam
hubungannya dengan pembentukan insan kamil, ruh berusaha untuk disucikan dari
segala kotoran nafsu yang tak terkendali, salah satunya dengan intensitas
kegiatan ibadah sehingga ruh mengenal dan tahu tentang siapa sebenarnya zat
yang telah menciptakannya. Karena pada hakekatnya manusia itu mempunyai
kecenderungan dekat dengan Tuhan, dengan kata lain manusia sadar akan kehadiran
Tuhan jauh di sanubarinya. (QS. Al A’raf: 172)
Dalam
kehidupan, agama menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya serta cara-cara
beribadah dan berdo’a, melalui pengenalan agama dan berlatih menjalani niscaya
ruh manusia akan selalu sadar dan rindu akan Tuhannya. Dan dengan demikian
manusia akan berusaha menjadi khalifah di muka bumi sesuai dengan amanat Tuhan
padanya penuh tanggung jawab baik di dunia dan di akhirat, bila dia sudah dapat
merealisasi hal tersebut dia telah menjadi sempurna, karena untuk menjadi
khalifah yang sesungguhnya, manusia beraktivitas tidak dapat dilepaskan dari
pikiran alam dan melalui qalbunya memahami tanda-tanda Tuhan dan Sunnah-Nya
dalam kehidupan. Dengan manusia perbuat mewujudkan kebenaran di bumi itu, manusia
mempersembahkan hidupnya pada Tuhan, dan karenanya manusia dapat dikatakan
sempurna sebab telah mengaktualisasikan semua dimensi darinya secara selaras
dan seimbang baik bersifat vertikal maupun horisontal.
0 comments:
Post a Comment