Faktor Keturunan (hereditas)
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan
individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik
individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik
maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh
sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.[1]
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu
hereditas tertentu, ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui
pewarisan/ pemindahan dari cairan-cairan “geminal” dari pihak orang tuanya.
Disamping itu individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya,
baik lingkungan fisik, psikologis, maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan
dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan
lingkungan. Agar kita dapat mengerti dan mengontrol perkembangan tingkah laku
manusia, kita hendaknya mengetahui hakekat dan peranan dari masing-masing
(hereditas dan lingkungan).[2]
Warisan atau keturunan memiliki peranan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam
warisan yang berasal dari Ibu bapaknya, atau nenek dan kakeknya, warisan
(keturunan atau pembawaan) tersebut yang paling penting antara lain: bentuk
tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat, atau watak dan
penyakit warisan yang di bawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal
dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya dari
kedua belah pihak (Ibu dan Ayahnya). Hal ini sesuai dengan hukum Mendel yang
dicetuskan GregorMendel (1857) setelah mengadakan percobaan perkawinan berbagai
macam tanaman dikebunnya. Hukum Mendel ini juga berlaku untuk manusia. Warisan
yang diterima anak tidak selamanya berasal dari kedua orang tuanya, tetapi
dapat juga dari nenek atau kakeknya. Misalnya seorang anak memiliki sifat
pemarah, itu tidak dimiliki oleh ibu-bapaknya tetapi kakeknya.[3]
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam
upaya mengembangkan pribadi anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor,
namun keluarga merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan
kepribadian dan kemampuan anak sebagai dasar pertumbuhan dan perkembangan yang
cukup kuat untuk menjadi manusia dewasa.[4]
Hal tersebut mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap keturunan dalam
pertumbuhan dan perkembangan pada usia selanjutnya. Sebagaimana dijelaskan
dalam Al Qur’an yang mengisahkan bagaimana Allah mengutamakan keluarga Ibrahim
dari Sekalian alam sebagai hasil dari keturunan yang saleh yang terus turun
kepada generasi berikutnya:
إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَى ءَادَمَ وَنُوحًا وَءَالَ إِبْرَاهِيمَ وَءَالَ عِمْرَانَ عَلَى
الْعَالَمِين (الا
مران: 33)
“Sesungguhnya Allah memilih
Adam, Nuh, dan keluarga Ibrahim dan keluarga Imran dari seluruh alam (yaitu)
satu keturunan yang sebagiannya dari yang lain, Dan Allah maha mendengar lagi
maha melihat.”[5]
Kemudian dicontohkan Nabi Ibrahim
وَوَهَبْنَا
لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً وَكُلًّا جَعَلْنَا
صَالِحِين.َوَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا
إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ
وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ (الانبياء
: 73 –
72)
“Dan kami telah memberikan kepadanya,
Ibrahim, Ishak dan Yakub, sebagai suatu anugerah dari pada kami. Dan
masing-masing kami jadikan orang-orang yang saleh, kami telah menjadikan mereka
itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami yang
telah kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan sholat,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah”.[6]
Dari sinilah kita mengetahui bahwa faktor keturunan mempunyai
pengaruh yang sangat besar, meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor. Hal ini
dikarenakan masih ada unsur-unsur/ faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti; faktor keluarga dan
masyarakat.
Faktor Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana
dalam kehidupan manusia. Anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Bagi
anak keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya.[7]
Peranan lingkungan keluarga selain tempat pertemuan
antarkomponen yang ada didalamnya, lebih dari itu juga memiliki fungsi reproduktif,
religius, rekreatif, edukatif, sosial dan protektif.[8]
Peran yang diambil orang tua khususnya ibu, pada masa-masa awal kelahiran anak,
sangatlah besar, mendalam, dan mendasar, karena sejak bayi anak di gendong dan
disusui ibunya. Hubungan antara ibu dengan anak begitu kuat, kepribadian,
tingkah laku, dan semua ekspresi orang tua di tuangkan melalui semacam kekuatan
yang tersembunyi yang lambat laun membentuk diri anak menjadi manusia.[9]
Pada masa ini anak membutuhkan seorang ibu yang mau meluangkan waktunya untuk
mengembangkan sifat-sifat yang kontra dengan pertumbuhan yang seimbang, seperti
perasaan takut, dan berharap, senang dan benci.
Faktor yang paling penting di dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah teladan dari orang tuanya. Anak-anak akan mengamati,
berusaha meniru, melakukan kesalahan, melupakan dan untuk sesaat anak-anak akan
berusaha untuk mencari ide alternatif serta kemudian mempolakan dirinya kepada
model orang tuanya. Tetapi harus di akui bisa jadi kontraproduktif, bila para
orang tua tidak memberikan teladan yang tidak baik. Teladan orang tua jauh
lebih membekas dari semua kata yang mereka ajarkan.[10]
Penanaman prinsip-prinsip musyawarah, keimanan, saling menolong, kewibawaan
seorang ayah dalam keluarga, sikap yang muda menghormati yang tua, yang tua
mengasihi yang lebih muda, itu semua merupakan teladan yang perlu di tanamkan
pada seorang anak pada masa awal kanak-kanak. Dia akan tumbuh berkembang sesuai
dengan dasar-dasar di atas.[11]
Pengaruh masyarakat
Lingkungan ketiga yang mempengaruhi perkembangan anak adalah
lingkungan masyarakat, selain pendidikan dalam keluarga dan sekolah masyarakat
dapat dikatakan suatu alat pendidikan yang tidak kalah pentingnya dari keluarga
dan sekolah.
Dalam pengertian yang sederhana masyarakat adalah
kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara kebudayaan dan
agama.[12]
Disini sepintas peranan lingkungan masyarakat bukan
merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya
merupakan unsur pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada terkadang
lebih mengikat sifatnya. Bahkan terkadang pengaruhnya, lebih besar dalam
perkembangan kepribadian anak baik dalam bentuk positif maupun negatif.[13]
Hal ini, disebabkan karena adanya interaksi antara anak sebagai individu dan
masyarakatnya sehingga dalam perkembangan anak sangatlah penting dan tidak
boleh diabaikan begitu saja akan pengaruh faktor lingkungan masyarakat sekitar.[14]
Karena boleh jadi anak yang tadinya penurut, baik akan tetapi karena lingkungan
masyarakat yang kurang baik anak akan bersikap sebaliknya.
[4]Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, Lembaga Kajian
Agama dan Jender, Jakarta, 1999, hlm. 5.
[5] QS: Ali Imran 33
[6] QS: al-Anbiya 72-73.
[7]Jalaluddin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1997, hlm. 220.
[8]Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, hlm. 6.
[11]Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial,Moral, dan
Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim , Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1998, hlm. 33.
[12]Umar Muhammad al-Thamy al-Syabani, Falsafah Pendidikan
Islam, Terj. Drs. Hasan Langgulung, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 164.
[13]Jalaluddin, Psikologi Agama, hlm. 222.
0 comments:
Post a Comment