Semua kejadian yang ada di
dunia ini, bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya
melalui beberapa rangkaian yang selanjutnya menjadi suatu kejadian. Begitu juga
dengan keberadaan manusia. Allah tidak menjadikan manusia dalam bentuk yang
langsung sempurna, seperti apa yang bisa kita lihat. Tetapi manusia diciptakan
melalui sebuah “proses” atau tahapan-tahapan tertentu. Proses tersebut akan
selalu berubah ke arah yang lebih maju, atau dengan kata lain ke arah yang
lebih sempurna yang disebut sebagai perkembangan.[1]
Perkembangan
setiap individu dimulai pada saat pembuahan yang terjadi apabila sperma
laki-laki menembus dinding ovum atau sel telur wanita.[2] Jika sebuah sperma telah
menyentuh sel telur, maka sperma itu langsung meresap pada selaput sel telur
dan memasuki cairan sel telur tersebut. Pada saat itu terjadi keajaiban alam,
karena setelah satu dari 250.000.000 sel sperma yang mencoba menembus sel telur
yang hanya satu telah berhasil, maka sel telur tersebut tidak dapat lagi
ditembus oleh sperma yang lainnya.[3]
Jadi dari
jutaan sel sperma yang dipancarkan pada saat melakukan hubungan seks, hanya ada
satu yang dapat menembus dinding ovum, itu berarti bahwa seorang anak yang
lahir adalah seorang pemenang, karena
sel yang menembus dinding ovum tersebut setelah mengalami proses yang panjang,
akan membentuk janin yang nantinya akan menjadi mahluk hidup (bayi).
Sebelum
pembuahan terjadi ada sejumlah persiapan yang dilakukan oleh sel benih
laki-laki dan wanita yang melibatkan baik kromosom maupun sitoplasma.[4] Adapun tujuan dari
persiapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Mengurangi jumlah kromosom menjadi setengah jumlah normal sel
somatik, yaitu dari 46 menjadi 23, hal ini terjadi melalui miosis atau
pembelahan pematangan yang sangat diperlukan. Karena jika tidak demikian maka
penyatuan dari sel benih pria dan wanita akan menghasilkan suatu individu
dengan sejumlah kromosom sebanyak dua kali lipat dari sel induknya.[5]
2.
Mengubah bentuk sel-sel benih sebagai persiapan untuk
pembuahan. Sel benih pria, mula-mula besar dan bulat, praktis kehilangan semua
sitoplasma dan membentuk kepala, leher dan ekor. Sel benih wanita sebaliknya
berangsur-angsur menjadi besar sebagai akibat suatu tambahan dari jumlah
sitoplasma.[6]
Jadi bisa dikatakan bahwa persiapan yang dilakukan oleh masing-masing sel
benih, bertujuan agar pembuahan bisa berlangsung dengan sempurna dan bisa
menghasilkan individu baru yang mempunyai sel somatik normal yaitu 23 pasang
atau jumlah kromosom yang diploid (diploos: rangkap dua). Salah satu
kromosom berasal dari ibunya dan yang lain berasal dari ayahnya.
Setelah terjadi pembuahan, kepala sperma berusaha masuk ke dalam ovum
melalui permukaan luarnya. Jika ada sebuah sperma berhasil masuk, membran ovum
berubah sehingga tidak bisa dimasuki sperma yang lain.[7] Kemudian terbentuklah sel
baru yang disebut zigot. 23 kromosom dari nukleus sperma ayah dan 23 kromosom
dari ovum ibu bergabung membentuk satu sel bernukleus tunggal yang mengandung
46 kromosom.
Beberapa jam setelah pembuahan, zigot mengalami pembelahan atau mitosis
menjadi dua sel baru yang serupa kemudian masing-masing sel membelah menjadi dua
lagi dan seterusnya. Setiap sel mengandung tiruan kromosom yang persis sama
dengan sel-sel sebelumnya. Sekumpulan sel membutuhkan waktu kira-kira empat
hari untuk turun ke dalam rahim melalui oviduct.[8]
Jika segala sesuatu berjalan lancar, maka telur
yang telah dibuahi akan tiba di rongga rahim dalam waktu kurang lebih tiga
puluh enam jam, dan di tempat tersebut selaput lendir (endometrium)
sudah bertambah tebal yang merupakan hasil kerja dari hormon ovarium, sehingga
saluran lendir yang telah menebal itu telah siap untuk ditempati.[9]
Pada hari-hari pertama perkembangannya, sel telur ini tergantung pada
sari makanan yang diserap dari selaput lendir. Setelah beberapa minggu sebuah
organ terbentuk dengan tujuan untuk menyerap sari makanan dan mengekskresikan produk-produk
yang tak berguna ke aliran darah sang ibu. Inilah yang disebut plasenta atau ari-ari,
yang melekat pada permukaan dinding uterus dan berhubungan dengan janin melalui
tali pusat.[10]
Tali ini menghubungkan janin dengan plasentanya. Organ-organ ini sama sekali
tidak menghubungkan dengan aliran darah
sang ibu, jadi darah sang ibu dan sang janin tidak pernah bercampur menjadi
satu. Zat-zat tersebut hanya berkisar bolak balik pada plasentanya yang
terletak antara aliran darah sang ibu dan janinnya melalui proses difusi yang
sederhana.
Di sekitar plasenta terdapat selaput yang menyebar dan melekat pada
permukaan dinding uterus yang sebelah dalam yang disebut selaput janin.[11] Selaput ini menyerupai
sebuah kantong tipis yang hampir-hampir transparan seperti balon, dan berisi
cairan amniotik, yaitu cairan yang menyelubungi janin. Cairan ini sejernih air
dan pada bulan-bulan terakhir masa kehamilan volumenya mencapai lebih dari setengah
liter. Cairan ini juga menciptakan medium agar janin dapat tumbuh dan
berkembang sebagaimana mestinya, juga untuk melindungi sang janin dari
benturan-benturan yang mungkin saja terjadi.
Perkembangan janin merupakan suatu proses yang rumit. Misalnya pada saat terbentuknya sistem-sistem
utama secara keseluruhan yaitu yang berhubungan dengan jantung, pernafasan,
pencernaan dan saluran kemih. Setelah bentuk-bentuk dasar anatomi terbentuk,
sang janin masih memerlukan waktu enam bulan lagi sebelum tiba saatnya untuk
dilahirkan. Sepanjang waktu itu sang
janin berbaring melekuk menyerupai sebuah bola yang kompak, dikelilingi oleh
kegelapan, kehangatan dan air yang melingkupinya.
Makin lama janin terinkubasi dalam uterus, makin besar janin itu dan
makin kuat daya tahannya. Pada akhir
bulan kelima, berat sang janin kurang lebih setengah kilogram, pada akhir bulan
keenam, kira-kira 1,25 Kg, pada bulan
ketujuh 2 kg, kedelapan 2,75 kg dan pada bulan kesembilan bisa mencapai 3,5 kg.
Elizabeth B. Hurlock, membagi fase
perkembangan manusia menjadi tiga periode/fase, yaitu periode zygote, periode
embrio dan periode fetus.[12]
1.
Periode Zygote
Berlangsung
dari pembuahan sampai implantasi pada dinding rahim sekitar 10 hari
sesudah pembuahan. Jika sperma memasuki ovum maka sebuah proses dimulai yang
menghasilkan peleburan inti sperma dengan inti ovum yang telah dibuahi yang
disebut zygote yang mengandung 23 pasang kromosom.[13] Kemudian ovum yang telah
dibuahi mulai membagi diri (melakukan pembelahan), dari saluran telur tempat ia
dibuahi menuju ke uterus dan akan ditanam (menempel) di dinding uterus (implantasi).[14]
2.
Periode Embrio
Periode ini
ditandai dengan perkembangan yang cepat sekali dari susunan syaraf. Dalam
periode ini kepala lebih besar dibanding dengan bagian badan yang lain. Ini
menunjukkan 8 minggu yang pertama merupakan suatu periode yang sensitif untuk
integritas susunan syaraf. Gangguan mekanis dan kimiawi pada saat ini dapat
menyebabkan kerusakan permanen dari susunan syaraf dibanding jika susunan
tersebut terjadi pada waktu selanjutnya.[15]
3.
Periode Janin/Fetus
Periode ini
berlangsung dari akhir bulan kedua sampai lahir. Pertumbuhan mengikuti hukum
arah perkembangan yaitu dari bentuk yang belum sempurna ke bentuk yang lebih
sempurna. Kegiatan janin sudah dimulai antara bulan kedua dan ketiga, misalnya
menyepak, menggeliat dan memutar-mutar.[16] Organ intern hampir
mendekati posisi orang dewasa. Ciri ekstern dan intern terus berkembang dari
bulan ke bulan, sampai bentuk janin benar-benar sempurna dan selanjutnya, tinggal
menunggu kelahiran janin.
Untuk lebih
jelasnya, Paul Henry Mussen, dkk, dalam buku Perkembangan dan Kepribadian Anak,
terjemahan Dr. Med MethasariTjandrasa, menguraikan tahap-tahap perkembangan
pranatal sebagai berikut:
Tahap-tahap dalam
perkembangan pranatal
Minggu ke- 1
Ovum yang telah dibuahi akan turun melalui tuba
fallopi menuju ke uterus.
Minggu ke- 2
Embrio melekatkan dirinya pada dinding uterus dan
berkembang dengan cepat.
Minggu ke-3
Embrio mulai berbentuk,
bagian kepala dan ekor dapat dibedakan dan jantung sederhana mulai berdenyut.
Minggu ke-4
Permulaan pembentukan
daerah mulut, saluran pencernaan dan hati. Jantung mulai berkembang dengan
pesat serta daerah kepala dan otak mulai dapat dibedakan.
Minggu ke-6
Tangan dan kaki mulai
terbentuk, namun lengan masih terlalu pendek dan tumpul untuk saling bertemu,
hati mulai membentuk sel darah merah.
Minggu ke-8
Panjang embrio sekitar 1
inci. Wajah, mulut, mata dan telinga mulai mempunyai bentuk yang jelas.
Pertumbuhan otot dan tulang dimulai.
Minggu ke-12
Panjang janin sekitar 3
inci. Ia mulai membentuk seorang manusia, walaupun perbandingan kepala terlalu
besar. Wajah mempunyai profil seperti bayi. Kelopak mata dan kuku mulai
terbentuk, dan jenis kelamin dapat dibedakan dengan mudah. Susunan saraf masih
sangat sederhana.
Minggu ke-16
Panjang janin sekitar 4,5
inci. Gerakan yang dilakukan janin sudah mulai dirasakan oleh ibu. Kepala dan
organ-organ dalam tubuh berkembang dengan pesat. Perbandingan bagian-bagian
tubuh mulai menyerupai bayi.
5 Bulan
Kehamilan hampir sempurna.
Panjang janin sekitar 6 inci dan mampu mendengar serta bergerak lebih bebas.
Tangan dan kaki sudah lengkap.
6 Bulan
Panjang janin sekitar 10
inci. Mata sudah terbentuk dengan lengkap dan bintik-bintik pengecap timbul
pada lidah. Janin mampu bernafas dan menangis lemah, seandainya kelahiran
berlangsung prematur.
7 Bulan
Usia kehamilan yang
penting. Janin mencapai tahap “mampu hidup“, (bila lahir prematur). Secara
fisiologis janin mampu membedakan macam-macam rasa dan bau. Rasa sakit relatif
belum ada. Kemampuan bernafas dangkal dan tak teratur. Kemampuan menghisap dan
menelan masih lemah.
7 Bulan sampai masa kelahiran
Janin lebih siap untuk
hidup secara mandiri di luar rahim. Tegangan otot bertambah, gerakan menjadi
lebih sering dan pernafasan menjadi jelas, kunyahan, hisapan, dan tangisan
lapar menjadi lebih kuat.[17] Setelah minggu ke 38 (9
bulan). Bayi siap lahir biasanya ia berputar sehingga posisi kepalanya turun
kearah pelvis. Pada awal proses kelahiran atau partus (labour) si
ibu biasanya mengalami kontraksi otot yang kuat dan lentur. Ujung bawah uterus
(cervix), perlahan-lahan membuka, makin lama makin lebar. Setelah 12 jam
(lamanya bisa berubah-ubah), diameter cervix kira-kira mencapai 10 cm.
Tahap kedua berlangsung kira-kira satu jam kontraksi yang semakin kuat mendorong
bayi turun melalui cervix, lalu ke vagina dan akhirnya keluar dari tubuh
itu yang dimulai dengan pecahnya membran di sekitar bayi, kemudian keluar
Cairan atau amnion atau air tuban, terjadilah proses kelahiran yang mengakhiri
masa kehamilan.[18]
[1]SumadiSuryabrata,
Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Grafindo Persada, Jakarta 1995, hlm.
178
[2] Dr.
Med. MeitasariTjandra, Perkembangan dan Kepribadian Anak, Erlangga,
Jakarta 1988, hlm. 45.
[3] Dr.
Robert E. Hall, Petunjuk Medis bagi Wanita Hamil, Judul Asli:Nine
Months A Medical Guide for Prenant Women, Delapratasa, Jakarta, 1995, hlm.
32
[4]T.W.Sadler,
Ph.D., LangmanEmbriologi Kedokteran (Lagman’s Medical Embriology), EGC
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1988, hlm. 3
[5]Ibid.
[6]Ibid.
[7]
dr.Petrus Lukmanto, Keajaiban Kehidupan, alih bahasa oleh Joshua
Simbodo, judul asli, La Maravilla de La Vida, PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Jakarta, 1996, hlm.16
[8]Ibid.
[9] Dr.
Robert E. Hall, Petunjuk Medis bagi Wanita Hamil,hlm. 33
[12]
Elisabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta, 1978, hlm.
66
[13]
Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono, Op. Cit., hlm. 43
[14] Dr.
Med MethasariTjandra, Perkembangan dan Kepribadian Anak, hlm. 46
[16]
Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak, hlm. 66
[17]dr.
Med MeitasariTjandrasa, Perkembangan dan Kepribadian Anak, hlm. 50
[18]dr.
Petrus Lukmanto, Keajaiban Kehidupan, hlm. 26
0 comments:
Post a Comment