Marilah kita selalu berusaha
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Yaitu dengan
senantiasa berupaya mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya dengan penuh kesadaran, kesabaran, kemauan, kesungguhan hati dan ikhlas
semata-mata mencari ridha Allah. Kita yakin seyakin-yakinnya, bahwa hanya
dengan iman dan taqwa kepada Allah inilah kita akan mendapatkan kebahagiaan,
keselamatan, dan ridha Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah. Ia juga akan
mendapatkan al-furqan, petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq
dan yang bathil, dapat membedakan antara yang bermanfaat dan mudlarat.
Dengan senantiasa beriman dan
bertaqwa kepada Allah pula kita akan senantiasa diselamatkan dan dimenangkan
dari segala macam godaan setan, akhlak tercela dan perbuatan jahat sehingga
dalam hidup ini senantiasa selamat dan tiada pernah menyentuh azab neraka,
tidak akan mengalami kesusahan atau berduka cita.
Dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah manusia akan senantiasa dapat mempertahankan jadi dirinya sebagai
makhluk Allah yang paling mulia diantara makhluk-makhluk Allah yang lain,
menjadi makhluk yang berilmu pengetahuan, berketrampilan dan berkemampuan
tinggi. Manusia itu sendiri pada dasarnya diciptakan Allah sebagai makhluk yang
terbaik, termulia dan bermanfaat bagi alam sekitarnya. Dan selanjutnya dengan
kemampuan dan ketrampilannya akan dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk mewujudkan
kemakmuran, kemajuan dan kejayaan dimuka bumi ini dalam naungan rahmat, maunah
dan ridha Allah.
Allah menciptakan manusia sebagai
makhluk terbaik dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki berbagai
macam kelebihan dibanding dengan makhluk Allah lainnya, baik kelebihan dalam
bentuk tubuh, pengetahuan maupun kemampuan lainnya. Kelebihan-kelebihan yang
diberikan Allah kepadanya diantaranya adalah diberi akal, yang baik dan mana
yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang sah dan mana yang
batal, mana yang bermanfaat dan mana yang mudharat.
Dengan kemampuan dan ketrampilan
itu manusia dapat menciptakan lapangan kerja dan dapat bekerja secara baik dan
bermanfaat untuk hidup dan kehidupannya. Dengan kemampuan dan ketrampilan yang
dimiliki ini manusia akan senantiasa bekerja dan bekerja demi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan meraih manfaat sebesar-besarnya.
Pekerjaan yang dilakukan bukanlah semata-mata bekerja namun memiliki dasar dan tujuan yang baik dan mulia. Umat Islam senantiasa melaksanakan tugas dan pekerjaan atas dasar melaksanakan perintah Allah, untuk bekal ibadah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan yang dilaksanakan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat dengan ridha Allah SWT. Karena itulah Islam mewajibkan kepada para pemeluknya, untuk bekerja secara baik, berakhlak mulia dan berprestasi unggul.
Pekerjaan yang dilakukan bukanlah semata-mata bekerja namun memiliki dasar dan tujuan yang baik dan mulia. Umat Islam senantiasa melaksanakan tugas dan pekerjaan atas dasar melaksanakan perintah Allah, untuk bekal ibadah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan yang dilaksanakan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat dengan ridha Allah SWT. Karena itulah Islam mewajibkan kepada para pemeluknya, untuk bekerja secara baik, berakhlak mulia dan berprestasi unggul.
Bila manusia dapat bekerja secara
baik, berakhlak mulia dan berprestasi unggul, maka dia akan dapat meraih
derajat tinggi dan tempat mulia. Ia akan dihormati, dimuliakan dan disegani
oleh orang-orang sekelilingnya.
Agama Islam senantiasa mendorong
kepada umatnya giat bekerja dan lebih baik lagi kalau bisa menciptakan lapangan
kerja. Jangan sampai umat Islam malas bekerja, tidak mau berusaha dan senang
menjadi pengangguran. Kerja apa saja boleh asalkan halal dan tidak melanggar
aturan agama dan undang-undang negara yang berlaku. Jangan sampai tenaga
dipergunakan untuk mencari rizki dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
orang lain dan masyarakat umumnya.
Allah sangat mencintai orang yang
bekerja untuk memenuhi biaya hidup dan kehidupannya, terlebih lagi untuk bekal
beribadah kepada-Nya. Sebaliknya Allah sangat membenci orang-orang yang senang
menganggur, lemah, lunglai dan tidak mau berusaha sehingga menggantungkan
hidupnya pada orang lain.
Orang yang senang menganggur
tidak hanya sekedar dibenci oleh Allah, bahkan ia disiksa Allah pada hari
kiamat dengan siksaan yang sangat hebat. Ini menunjukkan bahwa sesungguhnya
agama Islam sangat anti pengangguran. Islam sangat menekankan kepada pemeluknya
untuk bekerja. Karena orang yang bekerja akan dapat menentukan derajat
seseorang. Seorang yang bekerja akan ditinggikan Allah derajatnya, sebagaimana
firman Allah:
Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan (QS. Al-Ahqaf: 19)
Bekerja bukan sekedar untuk
mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup secara material semata, namun
bekerja juga dapat mengantarkan seseorang kepada kesuksesan dalam hidup dan
kehidupan. Sebaliknya apabila seseorang menganggur akan memejamkan hati, menghayal
yang tidak-tidak dan akhirnya bisa menjerumuskan pada perbuatan yang kurang
baik.
Hati yang buta akan menjadi
sarang segala bentuk kejahatan. Tidak mengetahui halal dan haram, benar dan
salah, lurus dan bengkok. Hidupnya menjadi tidak menentu dan salah arah serta
mudah terombang-ambing goncangan zaman. Akibatnya adalah hidupnya selalu
bergelimang dalam kemaksiatan dan dosa, selalu dirundung resah, gelisah dan
susah serta selalu dalam kegagalan dan kegagalan. Maka tidak heran bila Allah
menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang beriman dan mau bekerja
dengan baik. Sebagaimana firman Allah:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97)
Apabila bekerja itu adalah fitrah
manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau
melakukan aktifitas apapun, dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, menurunkan
derajat identitas dirinya sebagai manusia.
Oleh sebab itu, Islam sangat anti
terhadap orang-orang yang senang menganggur, malas dan tidak mau melakukan
aktifitas apapun. Sebaliknya Islam mewajibkan bekerja dan mencintai pekerjaan
sesuai dengan bidang masing-masing. Islam tidak saja menganjurkan pemeluknya
menjadi pekerja ulet, menjadi tenaga kerja yang siap pakai, bahkan dianjurkan
dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk membantu sesamanya demi
kesejahteraan umat manusia.
Umat Islam jangan hanya bangga
menjadi kuli umat beragama lain namun haruslah dapat menjadi majikan di negeri
sendiri. Umat Islam harus berprestasi tinggi baik dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi maupun dalam ketrampilan menerapkan ilmu dalam wujud amal shaleh di
tengah-tengah masyarakat.
Kehidupan umat Islam yang saat
ini masih berada dalam cengkeraman para kapitalis segera lepas dan bangkit
menyongsong kejayaan Islam di masa depan. Umat Islam harus meningkatkan etos
kerja. Pengangguran yang semakin hari semakin membludak secara pelan-pelan
harus dikurangi dengan menyediakan lapangan kerja. Islam tidak mentolerir
pengangguran karena menjadi beban masyarakat, bangsa dan negara. Semoga usaha
ini mencapai keberhasilan dengan maunah dan ridha Allah.
0 comments:
Post a Comment