Saturday 12 September 2015

OKULTISME, MUKJIZAT DAN KARAMAH

PENDAHULUAN
Perbuatan-perbuatan luar biasa tidak hanya terdapat di dalam agama samawi saja, tetapi juga terdapat di dalam lingkungan aliran kebatinan. Kalau di dalam agama samawi Mukjizat dan Karamah, di dalam lingkungan kebatinan di sebut Okultisme.
Mukjizat diperuntukkan bagi pada Nabi dan Rasul Allah sebagai bukti kebenarannya. Karamah diberikan bagi para Wali Allah, sedangkan Okultisme diberikan kepada penganut aliran kebatinan yang taat dan alim, yakni Manunggaling Kawulo Gusti.
Baik mukjizat, karamah maupun okultisme sulit dijelaskan dengan hukum kausalitas, bagaimana sebab-akibat terjadinya sesuatu, akal dan ilmu pengetahuan manusia pun tidak bisa menjelaskan peristiwa-peristiwa tersebut.
Untuk itu yang akan mendapat “stressing” di dalam makalah ini; pengertian dari Okultisme, Mukjizat dan Karamah; dan sekilas gambaran dari ketiga hal tersebut.

PEMBAHASAN
1.      Okultisme
Pengertian
Okultisme adalah filsafat tentang hal-hal tersembunyi, filsafat ini meliputi ajaran yang mengakui eksistensi fenomon-fenomon supernatural dan kekuatan gaib yang melampaui penalaran ilmu pengetahuan, yang termasuk dalam kategori okultisme adalah segala yang bersifat Pseudo ilmiah atau praktek-praktek seperti magis, alkimia, astrologi, ramalan, kemampuan tembus pandang atau spiritisme.[1]
Sementara itu di dalam buku lain menyebutkan okultisme adalah ilmu tentang rahasia-rahasia jiwa dan latar belakang bawah sadar dari budi menginventarisasikan banyak peristiwa luar biasa, aneh dan gaib.[2]
Mengamati segala macam gejala yang ada, okultisme dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu (1) Yang terjadi pada orang tertentu dalam situasi menyerupai tidur; termasuk juga dalam keadaan sakit tertentu yang dapat mengakibatkan kekacauan indera seseorang, sehingga dapat mengakibatkan kekacauan indera seseorang, sehingga dapat mengakibatkan kesalahan persepsi. Kategori ini juga meliputi aktivitas tidak normal dari alam bawah sadar, entah dalam keadaan tidur dan mimpi, atau dalam situasi histeris; (2) Yang terjadi diluar indera manusia normal atau bertentangan dengan indera itu sendiri. Keadaan ini dapat berlangsung dalam keadaan sadar atau keadaan tidak sadar. Misalnya berkomunikasi dalam situasi mental tanpa ekspresi indrawi normal, atau mempengaruhi dan menguasai kemauan seseorang; (3) Yang preternatural, semacam praktek okultisme yang melibatkan makhluk-makhluk tanpa badan seperti arwah orang mati, atau bersifat spiritual murni, seperti makhluk halus, roh termasuk cerita-cerita.[3]
Contoh-contoh dari Okultisme dalam Aliran Kebatinan dan Kepercayaan:
a)      PPK SUBUD, singkatan dari Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Susila Budi Darma, pendirinya Muhammad Subuh Sumohadiwijoyo. Kira-kira tahun 1958 ada seorang bintang film Amerika bernama Eva Bartok sedang hamil tua dan menurut beberapa orang dokter dan profesor melahirkannya harus dengan pembedahan (di operasi), tidak dapat melahirkan dengan jalan biasa, karena lubang antara kedua tulang pinggul yaitu jalan untuk melahirkan terlalu kecil, Eva berusaha agar dapat melahirkan dengan jalan biasa, tidak di operasi. Dalam hal ini Ia minta tolong kepada Pak Subuh, yang kebetulan pada waktu itu ada di Amerika. Oleh Pak Subuh diusahakan dengan jalan latihan kejiwaan dan berhasil. Eva Bartok melahirkan dengan jalan biasa tanpa operasi. Kejadian ini banyak yang mengetahuinya dan dimuat dalam surat kabar seluruh dunia.
Sejak itu, nama Pak Subuh populer, sehingga pada waktu Kongres Internasional SUBUD di Jakarta pada tahun 1971, pengunjungnya dari 79 negara.
Selanjutnya Pak Subuh juga menerangkan kepada pengikut-pengikutnya di Lima (Peru), bahwa ia pernah kejatuhan Nur, di bedah dadanya oleh seseorang berpakaian jubah dan serban, kemudian darahnya segumpal diambil, diganti dengan segumpal Nur. Juga pernah kejatuhan buku besar “Woorden Book Van Dalen”, di dalamnya berisi apa-apa yang akan terjadi, juga sebuah Atlas Dunia jatuh dan di dalamnya berisi bermacam-macam bangsa, dan masih ada lagi beberapa kejadian yang lain.
b)      Menurut Raden Sunarto Martowardojo, pencipta ajaran Pangestu (Paguyuban Ngesti Tunggal). Ia pada tanggal 14 Februari 1932, pukul 17 mendapat wahyu “Suksma Kaucekas”, yang menguasai seluruh alam, untuk meratakan (menyampaikan) kepada siapa saja yang mungkin, tidak dengan paksaan, tentang ilmu sejati, Petunjuk Yang Nyata, yaitu petunjuk yang menunjukkan jalan yang benar, jalan yang dapat sampai kepada asal-usul mula hidup.
c)      Kak Rahim, nama aslinya Abdur Rahim, asal Banten, oleh murid-muridnya biasa dipanggil kaka tinggal di Petojo, Jakarta, pemimpin dari perkumpulan mistik / kebathinan Darul Anom. Perbuatannya yang luar biasa suka mengobat-obati dengan huruf Alif Merah, caranya direndam dalam air atau ditempelkan pada dinding atau tembok, di atas pintu dan sebagainya, untuk penangkal bala, kata murid-muridnya juga sering memberikan petunjuk jalan hidup, bahkan kadang-kadang dipanggilnya juga ke Istana Negara (Kepresidenan) waktu Orde Lama. Pada tahun 1966 meninggal dunia, jadi waktunya hampir bersamaan dengan runtuhnya Orde Lama.
2.      Mukjizat
Pengertian
Mukjizat berasal dari bahasa Arab : Mu’jizat, bentuk jamaknya Mukjizatun, berasal dari : a’jaza, mu’jizat, artinya yang melemahkan.
Definisi mukjizat menurut al-Jurjani adalah pekerjaan luar biasa yang membawa kebaikan dan kebahagiaan yang disertai dengan pengakuan kenabian dan bertujuan untuk membuktikan kebenaran orang yang mengaku menjadi Nabi atau Rasul Allah.[4]
Menurut al-Zarqani adalah perkara yang menyimpang dari kebiasaan dan keluar dari hukum kausalitas yang sudah terkenal, diciptakan Allah melalui orang yang mengaku menjadi Nabi, sebagai bukti kebenaran pengakuannya.
Keadaan alam berjalan menurut hukum alam yang sangat teratur dan merupakan hubungan sebab akibat yang tidak pernah menyimpang. Jika terjadi sesuatu penyimpangan suatu akibat dari sebab-sebabnya, atau timbul dari suatu peristiwa tanpa adanya sebab, seperti anak lahir tanpa bapak, atau gerakan yang timbul dari benda mati yang tidak dapat bergerak, atau api menjadi dingin yang seharusnya panas, maka akal pasti akan menetapkan bahwa peristiwa yang demikian itu di atas sebab dan akibat, dan jika akal terus menelusuri lebih jauh lagi pasti akan sampai pada keyakinan bahwa yang menyimpangkannya dari hubungan kausalitas itu adalah pencipta alam ini, yang dapat melakukan apa saja yang Dia kehendaki, tidak terikat pada hukum alam. Perkara yang menyimpang dari kebiasaan atau hukum alam tersebut adalah merupakan bukti kebenaran bagi orang yang mengaku memperoleh wahyu dari Allah; sebab tidak ada yang dapat mengubah alam ini selain Allah, inilah yang dinamakan mukjizat menurut Manna al-Qathan.[5]
Para ulama telah menetapkan lima syarat yang harus dipenuhi bagi suatu mukjizat, jika kurang salah satu maka perbuatan itu bukanlah mukjizat, yaitu:
1)      Tidak dapat dilakukan kecuali oleh Allah semata
2)      Menyimpang dari kebiasaan dan bertentangan dengan hukum alam
3)      Dipersaksikan oleh orang yang mengaku Nabi untuk membuktikan kebenaran pengakuannya.
4)      Terjadi sesuai dengan pengakuan Nabi
5)      Tidak ada seorang pun yang dapat menandingi mukjizat itu.
Sementara itu Muhammad Ali Ashshobuni membagi mukjizat menjadi dua macam:[6]
(1)      Maddiyat Hissiyat, yaitu mukjizat yang bersifat kebendaan yang dapat dilihat dan diraba. Mukjizat macam itu sebagian besar diberikan kepada para Nabi yang diutus sebelum Nabi Muhammad SAW. Mukjizat Hissiyat itu hilang bersama berlalunya masa kenabian dan tidak ada yang menyaksikannya kecuali orang-orang yang hidup semasa dengan mukjizat itu. Misalnya :
a/.     Mukjizat yang diberikan pada Nabi Ibrahim, karena Dia di utus pada kaum yang menyembah api, maka mukjizatnya berupa padamnya api, dan dinginnya tanpa sebab, sebagai bukti kelemahan api yang disembah kaumnya. Hal ini termuat dalam al-Qur’an surat al-Anbiya ayat 68 dan 69
b/.    Mukjizat Nabi Musa disesuaikan dengan keadaan Mesir pada waktu itu, meluas dan meningkatnya ilmu sihir dan ramalan, sehingga para ahli sihir memperoleh kedudukan yang istimewa di kalangan mereka. Mukjizatnya antara lain tongkatnya menjadi ular yang sebenarnya, dan tangannya menjadi putih bercahaya. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an 7 : 106-107.
c/.     Mukjizat Nabi isa disesuaikan situasi pada jamannya. Bani israil pada masa Nabi Isa menganut aliran materialisme, mereka hanya percaya kepada materi, tidak beriman kepada yang gaib, bahkan sebagian orang Yahudi tidak beriman akan adanya hari akhir. Oleh karena itu mukjizat Nabi Isa mencakup :
@ Menunjukkan kekuasaan Allah yang Maha Gaib, maka mukjizat Nabi Isa antara lain dapat menghidupkan orang mati dengan izin Allah; dapat mengeluarkan mereka dari liang kubur dan menurunkan makanan dari langit dengan izin Allah.
@ Merusak ikatan kausalitas yang biasa berlaku, misalnya beliau sendiri dilahirkan tanpa bapak, sedang menurut hukum sebab akibat, seorang tidak mungkin dapat dilahirkan tanpa adanya bapak.
(2)      Ruhiyat ‘Aqliyyat, yaitu mukjizat yang bersifat maknawi, yang tidak dapat diketahui kecuali dengan akal dan pikiran. Allah telah mengkhususkan al-Qur’an sebagai mukjizat Aqliyyah yang kekal sepanjang masa, agar para cendekiawan dapat menyaksikannya dan dapat mengambil hidayahnya di masa sekarang dan masa yang akan datang.
3.      Karamah
Pengertian
Karamah berasal dari bahasa Arab Karamah, yang berarti tidak lebih dan tidak kurang daripada pengertian mulia dan tinggi budi.[7]
Di dalam buku lain menyebutkan karamah adalah kekuatan spiritual dan sifat-sifat fisik yang dianugerahkan kepada para wali. Ia merupakan bagian dari keajaiban.[8]
Munculnya karamah bagi para wali adalah sesuatu yang terkesan bahwa munculnya karamah tersebut merupakan perkara yang kejadiannya irasional. Munculnya tidak menghilangkan dasar-dasar prinsipal agama. Maka salah satu sifat wajib Allah SWT adalah al-Qudrat (kuasa) dalam mewujudkan karamah. Apabila Allah Maha Kuasa mewujudkannya, maka tak satupun bisa menghalangi kewenangan munculnya karamah tersebut.
Munculnya karamah merupakan tanda dari kebenaran orang yang muncul dalam kondisi rohaninya. Siapa yang tidak benar, maka kemunculan seperti karomah tersebut tidak diperkenankan. Hal yang menunjukkannya, bahwa definisi sifat al-Qadim bagi Allah SWT sudah jelas. Sehingga kita bisa membedakan antara orang yang benar dalam kondisi ruhaninya dan orang yang batil dalam menempuh bukti, dalam masalah yang spekulatif. Pembedaan itu tidak bisa dilakukan kecuali melalui keistimewaan wali. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh mereka yang mendakwahkan diri secara gegabah. Perkara tersebut tidak lain adalah karamah itu sendiri.[9]

KESIMPULAN
Demikianlah tadi sekilas penjelasan mengenai Okultisme, Mukjizat dan Karamah berikut contohnya. Ada beberapa perbedaan diantara Okultisme, Mukjizat dan Karamah.
Perbuatan luar biasa di dalam agama samawi biasa disebut Mukjizat, yaitu perbuatan luar biasa yang dianugerahkan Tuhan Allah kepada Nabi-Nabi Utusan Allah, diluar kemampuan sendiri yang melakukan, tetapi Okultisme (daya luar biasa pada aliran kebatinan) pada umumnya atas usahanya dan diakui hanya pendapatnya, karena dasarnya parteistis, wihdatul wujud atau jumhuning kawulo gusti bersatunya Tuhan dengan alam, dengan makhluk, atau dengan manusia. Dengan demikian jelas Okultisme berbeda dengan mukjizat.
Sementara itu perbedaan antara mukjizat dan karamah terlihat pada karamat tetap disembunyikan, sementara mukjizat melalui perintah Ilahi, ditunjukkan guna menyeru dan mengajak manusia kepada kebenaran.[10]
Imam Abu Ishaq al-Isfirayainy berkata “Mukjizat merupakan bukti-bukti kebenaran para Nabi. Dan bukti kenabian tidak bisa ditemukan pada selain Nabi, sebagaimana aksioma akal merupakan bukti bagi ilmuwan yang menunjukkan jatinya sebagai ilmuwan, tidak bisa ditemukan kecuali pada orang yang memiliki ilmu pengetahuan”. Dia juga menegaskan, “Para wali memiliki karamah, yang serupa dengan terijabahnya doa, bahwa karamah itu dikategorikan jenis mukjizat bagi para Nabi, itu tidak benar”.[11]
Diantara perbedaan-perbedaan mukjizat dan karamah, bahwa mukjizat itu diperintahkan untuk disebarluaskan. Sementara para wali harus menutupi dan menyembunyikan karamah. Nabi mendakwahkannya dengan memastikan kebenaran ucapannya. Sedangkan wali tidak mendakwahkannya, juga tidak memastikan melalui karamahnya, sebab bisa jadi hal itu merupakan cobaan.


DAFTAR PUSTAKA
Amanullah Amstrong, Kunci Memahami Dunia Tasawuf, Mizan, Bandung, 1996.
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (Ringkas), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999.
Departemen Agama RI., Ensiklopedi Islam di Indonesia, IAIN Jakarta, Jakarta, 1993.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Cipta Adi Pusaka, Bandung, 1990.
Imam al-Qusyairy an-Naisaburyi, Risalatul Qusyairiyah, Risalah Gusti, Surabaya, 1997.
Prof. Dr. H. Abu Bakar Aceh, Ilmu Tarekat, IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 1997.
Rahmat Subagyo, Kepercayaan – Kebatinan Kerohanian Kejiwaan – dan Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1976.


[1] Ensiklopedi Nasional Indonesia, Cipta Adi Pusaka, Bandung, 1990, hal. 263
[2] Rahmat Subagyo, Kepercayaan – Kebatinan Kerohanian Kejiwaan – dan Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1976, hal. 60
[3] Ensiklopedi Nasional Indonesia, loc.cit.,
[4] Departemen Agama RI., Ensiklopedi Islam di Indonesia, IAIN Jakarta, Jakarta, 1993, hal. 794
[5] Ibid., hal. 794 - 795
[6] Ibid., hal. 795
[7] Prof. Dr. H. Abu Bakar Aceh, Ilmu Tarekat, IAIN Walisongo Semarang, Semarang, 1997, hal. 105
[8] Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (Ringkas), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hal. 207
[9] Imam al-Qusyairy an-Naisaburyi, Risalatul Qusyairiyah, Risalah Gusti, Surabaya, 1997, hal. 442
[10] Amanullah Amstrong, Kunci Memahami Dunia Tasawuf, Mizan, Bandung, 1996, hal. 136
[11] Imam al-Qusyairy an-Naisabury, loc.cit.,
Share:

0 comments:

Post a Comment

Featured post

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Faktor Keturunan ( hereditas ) Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartik...

Popular Posts

Pageviews

Powered by Blogger.