Hidup manusia sangat dipengaruhi oleh
perkembangan IPTEK. Teknologi misalnya banyak menghasilkan mesin dan alat-alat
seperti jam, mesin jahit, mesin cetak, dan sebagainya, agar manusia dapat hidup
lebih mudah, aman dan senang dalam lingkungannya. Disamping itu, alat-alat itu
juga menimbulkan macam-macam bahaya yang dapat merusak dan membahayakan hidup
manusia. Adanya alat-alat itu dapat mengubah pikiran manusia, mengubah cara
kerja dan cara hidupnya. Juga pendidikan tidak bebas dari pengaruh teknologi.
Proliferasi atau
pertumbuhan cepat alat teknologi pendidikan/“hardware” menimbulkan ketinggalan
dalam perkembangan “software”nya. Alat-alat itu tidak dimanfaatkan sepenuhnya
karena tidak dapat dijadikan fungsional dalam pengajaran yang diberikan oleh
guru. Keseimbangan antara “hardware” dan “software” merupakan suatu masalah.
Banyak yang
diharapkan dari alat-alat teknologi pendidikan untuk membantu mengatasi
kekurangan guru guna memenuhi aspirasi belajar penduduk yang cepat
pertumbuhannya atau untuk membantu pelajar menguasai pengetahuan yang sangat
pesat berkembang sehingga disebut eksplosi pengetahuan untuk membantu siswa
belajar secara individual dengan lebih efektif dan efisien.
Alat-alat teknologi pendidikan dapat
mengubah peranan guru. Disamping guru timbul sumber-sumber pelajaran lainnya.
Namun peranan guru tidak akan dapat ditiadakan dan akan selalu diperlukan.
Mengkombinasikan ‘teknologi’ dengan ‘pendidikan’ dapat mengejutkan profesi
guru, sebab teknologi diasosiasikan dengan ‘mesin’ yang dapat menimbulkan
bahaya ‘dehumanisasi’ pendidikan yaitu pendidikan yang ‘mechanical’,
yang serba mesin, yang menghilangkan unsur manusiawi yang selalu terdapat dalam
interaksi sosial antara guru dan murid, murid dengan murid dalam pelajaran
biasa.[1]
Pengalaman dengan alat teknologi pendidikan membuktikan bahwa dalam PBM guru
tetap memegang peranan yang penting.
Untuk itu
diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih
memadai, diperlukan kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih lengkap,
dan administrasi yang lebih teratur. Guru hendaknya dapat menggunakan peralatan
yang lebih ekonomis, efisien dan mampu dimiliki oleh sekolah serta tidak
menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan zaman. Permasalahan pokok dan cukup mendasar adalah
sejauh-manakah kesiapan guru-guru dalam menguasai penggunaan media pendidikan
dan pengajaran di sekolah untuk pembelajaran siswa secara optimal sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.
Beberapa
permasalahan yang berhubungan dengan tenaga pelaksana harus dihadapi dengan
sungguh-sungguh, tugas-tugas membuat katalog dan administrasi sebaiknya
ditangani oleh seorang spesialis perpustakaan.[2]
Pemilihan dan penggunaan suatu media pendidikan haruslah melibatkan tenaga yang
mampu untuk memanfaatkan di setiap lembaga pendidikan.[3]
Biaya yang diperlukan juga harus efektif dan efisien sehingga dapat terjangkau
oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Agar seorang guru
dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, setiap guru harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan/pengajaran.
Pengetahuan tersebut menurut Oemar Hamalik (1985: 16) yang meliputi:
- Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan PBM
- Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
- Penggunaan media dalam PBM
- Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan
- Nilai dan manfaat media pendidikan
- Memilih dan menggunakan media pendidikan
- Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
- Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan
- Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan.
Media pengajaran
digunakan dalam rangka upaya peningkatan / mempertinggi mutu proses KBM. Oleh
karena itu, harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya yang antara lain:[4]
- Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan
- Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam PBM
- Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media pengajaran yang digunakan, dan sebagainya.
Para
ahli media, membagi jenis-jenis media pengajaran itu kepada:
- Media bentuk papan
- Media bagan dan grafis
- Media proyeksi
- Media dengan (audio)
- Media cetak / printed materials
Manfaat media di
dalam pengajaran terutama dirasakan benar dalam melatih berbahasa asing,
belajar jarak jauh, dan paket belajar / modul untuk tujuan belajar mandiri.[5]
Media pendidikan
agama adalah semua aktivitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan
agama, baik yang berupa alat yang diperagakan maupun teknik / metode yang
secara efektif dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan
tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Orientasi pendidikan Islam
harus diletakkan sebagai dasar tumbuhnya kepribadian manusia Indonesia
paripurna (insan kamil). Sehingga keberadaannya selalu dibutuhkan dan
memberikan kontribusi positif bagi lahirnya masyarakat intelektual.[6]
Bila dihubungkan
dengan pendidikan dan pengajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:
perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat,
bahan / perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan
manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu.[7]
Untuk itu dituntut
adanya profesionalisme guru dalam menciptakan teknologi baru guna menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Pengertian profesionalisme disini adalah proses
untuk menjadikan guru agama memiliki profisiensi untuk mewadahi kepentingan dan
mengantisipasi dinamika kurikulum tersebut. Tidak hanya terbatas pada perangkat
keras (hardware), namun juga perangkat lunak (software). Software di dalamnya
ada materi pelajarannya, jadi guru sepatutnya dalam materi pelajarannya
dikontekskan dengan fenomena sosial. Sehingga diharapkan siswa lebih mudah
memahaminya.
Penciptaan
teknologi baru dalam pendidikan adalah adanya monitoring, sehingga segala
aktivitas guru dan murid dapat terlihat dan diharapkan dijadikan bahan evaluasi
untuk selanjutnya dalam PBM. Selain memaksimalkan hardware dalam penggunaannya,
yakni pada sektor manusia (guru dan murid) serta lingkungan, guru dapat
memberikan suri tauladan terhadap siswanya. Dengan media lingkungan, guru dapat
menggunakannya sebagai media dalam dataran praktis. Sehingga murid diharapkan
tidak merasa jenuh dengan suasana di dalam kelas. Tanpa mengurangi esensi dari
materi pelajaran atau tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.
Adapun fungsi media
pengajaran pada saat ini antara lain:
1.
Membantu memudahkan belajar bagi
siswa dan mengajar bagi guru
2.
Memberikan pengalaman lebih nyata
3.
menarik perhatian siswa lebih
besar (jalannya pelajaran tidak membosankan)
4.
Dapat membangkitkan dunia teori
dengan realitanya, dan lain-lain.
Hendaknya dalam
pemilihan media pengajaran agama selalu diperhatikan hal-hal yang tidak
bertentangan dengan kaidah-kaidah agama. Pemilihan media pengajaran agama
tersebut disesuaikan dengan tujuan pengajaran agama itu sendiri, bahan / materi
yang akan disampaikan, ketersediaan alat yang tersedia, pribadi guru, minat dan
kemampuan siswa dan situasi pengajaran yang akan berlangsung.
KESIMPULAN
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan teknologi bukan sekedar upaya untuk membantu guru dalam
mengajar, tetapi lebih dari pada itu sebagai usaha yang ditujukan untuk
memudahkan siswa dalam mempelajari pengajaran agama.
Pemanfaatan media
pendidikan mempunyai implikasi tertentu dalam PBM, sesuai dengan ciri-ciri dan
kegunaan masing-masing media tersebut. Teknologi pendidikan itu sendiri
menyangkut perangkat keras dan lunak yang dalam prakteknya biasanya saling
mengisi.[8]
Teknologi pendidikan mempunyai arti tertentu dalam KBM, seperti pendidikan
lebih produktif, memungkinkan pengajaran lebih individual, ilmiah dan luas.
Pemanfaatan media teknologi pendidikan yang beraneka
ragam itu menuntut ketrampilan tersendiri dari para pelaksana pendidikan.
[1] Nasution,
Teknologi Pendidikan, Jemmars, Bandung, 1982, h. 116-117
[2]
Fred Percival, Henry Ellington, Sudjarwo S., Teknologi Pendidikan,
Erlangga, Jakarta,
1988, h. 130
[3] Mukhtar,
Desain Pembelajaran PAI, Misaka
Galiza, Jakarta, 2003, h. 118
[4] Asnawir,
M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Ciputat Pers, Jakarta, 2002,
h. 18-19
[5] Nana
Sudjana, Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Sinar Baru, Bandung, 1997, h.
155
[6] HM.
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
1996, h. 12
[7] Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 5
[8] Fatah
Syukur NC, Teknologi Pendidikan, Rasail, Semarang, 2005, h. 32
0 comments:
Post a Comment