Ilmu merupakan salah satu hasil
dari usaha manusia untuk memperbaiki dirinya lebih dari seribu tahun, lewat
berbagai kurun zaman dan kebudayaan ketika manusia merenung dalam-dalam tentang
apa artinya menjadi seorang manusia secara lambat laun mereka sampai pada
kesimpulan bahwa mengetahui kebenaran adalah tujuan yang paling utama dari
manusia.
Ilmu dapat
dianggap sebagai suatu sistem yang menghasilkan kebenaran. Dengan ilmu orang
menjadi berisi, dengan ilmu seorang bisa mencapai kenikmatan-kenikmatan surga
dunia, dengan ilmu pula orang bisa mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
a. Keutamaan Mencari Ilmu
Betapa pentingnya ilmu di dalam kehidupan
kita. Prof. Dr. Hamka berkata:
“Ilmu itu untuk kesempurnaan akal, bertambah luas akal
bertambah luaslah hidup. Bertambah datanglah bahagia, bertambah sempitlah hidup
bertambah datanglah celaka”.
Di dalam agama Islam sendiri ilmu
menempuh kedudukan yang paling utama. Hal ini terbukti banyak disebutkannya
ayat-ayat al-Qur’an dan hadits tentang keutamaan ilmu.
Allah SWT berfirman:
“Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-Mujadalah: 11)
Nabi SAW bersabda :
اُطْلُبُوالْعِلْمَ
وَلَوْ بِالصِّيْنَ، فَإِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ،
اِنَّ الْمَلآئِكَةِ تَضَعُ أُحْبِنِحَهَا لِطَالَبِ الْعِلْمِ رِضَاءً بِمَا يَطْلُبُ
{رواه ابن عبد البر}
“Carilah ilmu sekalipun di negeri cina, karena
sesungguhnya mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim, sesungguhnya para
malaikat menuangkan sayapnya kepada orang mencari ilmu karena ridha terhadap
amal perbuatannya itu”. (H.R Ibnu Abdul Bara)
Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang oleh
Rasulullah SAW dijuluki sebagai gerbangnya ilmu. Ketika ditanya tentang mana
yang lebih utama antara ilmu dan harta mengatakan:
- “Ilmu itu lebih utama daripada harta, ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah pusaka Qarun, Fir’aun dan lain-lain”
- Harta itu bila engkau berikan menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau berikan malahan bertambah.
- Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedangkan ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya.
b. Sikap yang baik dan buruk dalam menuntut ilmu
حَدِيثُ أَبِي وَاقِدٍ
اللَّيْثِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ فِي الْمَسْجِدِ وَالنَّاسُ مَعَهُ إِذْ
أَقْبَلَ نَفَرٌ ثَلاَثَةٌ فَأَقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ وَاحِدٌ قَالَ فَوَقَفَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَرَأَى فُرْجَةً فِي الْحَلْقَةِ
فَجَلَسَ فِيهَا وَأَمَّا اْلآخَرُ فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ وَأَمَّا الثَّالِثُ
فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ أَمَّا
أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللهِ فَآوَاهُ اللهُ وَأَمَّا اْلآخَرُ فَاسْتَحْيَا
فَاسْتَحْيَا اللهُ مِنْهُ وَأَمَّا اْلآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ.
“Abu Waqid r.a berkata, ketika Nabi duduk di masjid bersama
sahabat, tiba-tiba datang orang, maka yang dua menghadapi kepada Rasulullah
SAW, sedang yang satu terus pergi. Adapun yang dua maka yang satu daripadanya
melihat lowongan ditengah majlis, maka ia duduk ke tempat itu, sedangkan yang
ketiga telah pergi, maka ketika Nabi SAW selesai dari nasihatnya bersabda :
sukakah aku beritakan kepada kalian mengenai 3 orang itu, adapun yang pertama
dia ingin mendekat kepada Allah, maka Allah memberi ia dekat, adapun yang kedua
dia malu kepada Allah, maka Allah malu kepadanya, adapun yang ketiga dia
berpaling kepada Allah maka Allah juga berpaling dari padanya”. (HR. Bukhari
Muslim).
Adapun adab-adab dalam menuntut ilmu
yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaedah bagi kita dan
orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab-adab itu diantaranya:
1.
Ikhlas karena Allah
2.
Untuk menghilangkan kebodohan dari
dirinya dan orang lain
3.
Berniat dalam menuntut ilmu untuk
membela syariat
4.
Lapang dada dalam menerima
perbedaan pendapat
5.
Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan
6.
Menghormati para ulama dan
memuliakan mereka
7.
Mencari kebenaran dan sabar.
Adapun mengenai upah ada dua pendapat,
yaitu:
1.
Menurut ulama muttaqaddimin tidak
boleh mengambil upah dalam mengamalkan agama karena merupakan kewajiban, maka
kita tidak boleh mengambil upah
2.
Menurut ulama muta’akhirin boleh
karena tidak ada orang yang tidak mempunyai kebutuhan, mungkin orang yang
mengajar karena suatu profesi.
Kecenderungan hanya mementingkan masalah
duniawi, karena kewajiban yang lain terpenuhi, tetapi kewajiban yang lain
terabaikan dan boleh mengambil upah sama dengan profesi dan mempunyai hati yang
ikhlas tetapi kita harus kembali dengan keridhaan Allah.
وعنه رضي الله
عنه قال : قال رسول الله صلعم : مَنْ تَعَلَّمَ عَلِمًا مِمَّا يَبْتَغَى بِهِ وَ
جْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَيَتَعَلَمَهُ اِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ
الدُّنْيَا لَمْ يَجِدُ عَرْفَ الْجَنَّةَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْزِرِيْحَهَا
{رواه أبوداود}
“Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Barang siapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya ditujukan untuk
mencari ridha Allah, kemudian ia tidak mempelajari untuk mencari ridha Allah
bahkan hanya untuk mendapatkan kekayaan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan
baunya surga nanti di hari kiamat”.
0 comments:
Post a Comment