Fungsi Sastra
Fungsi sastra
adalah mengungkapkan adanya nilai keindahan (yang indah), nilai manfaat
(berguna), dan mengandung nilai moralitas (pesan moral). Suatu karya sastra
dikatakan memiliki nilai keindahan karena karya sastra yang terungkap dalam
sebuah prosa, puisi, ataupun drama merupakan suatu karya yang dapat dinikmati,
baik bagi pembacanya (bagi prosa), pendengarnya (bagi pendengarnya) dan bagi
penontonnya (bagi yang melihatnya).
Gambaran
Puisi (Karya Sastra) di Indonesia, Khususnya di Jawa
Karya sastra
yang berbentuk puisi dianggap sebagai karya sastra yang paling tua di Indonesia.
Tidak hanya di berbagai daerah di Nusantara, juga di Jawa karya sastra yang
paling tua adalah puisi (lama) yang lazim disebut mantra. Setelah mantra,
muncul apa yang disebut sebagai parikan dan syair/wangsalan, dan
di Jawa dikenal dengan nama “macapat” yang merupakan puisi Jawa.
Selain mantra,
karya sastra yang berbentuk puisi (puisi lama) yang dikenal di Indonesia
adalah pantun dan syair. Jenis-jenis puisi yang memiliki struktur yang
prinsip-prinsipnya sama dengan struktur pantun dan syair. Dari tradisi budaya
Jawa, karya sastra yang menyerupai pantun dan syair adalah parikan dan wangsalan.
Keterkaitan
Islam dengan Karya Sastra Jawa
Istilah ‘interelasi’
(dalam topik) artinya Islam di-Jawa-kan, sedangkan Jawa di-Islam-kan. Walaupun demikian
warna Islam terlihat sekali dalam substansinya, yaitu:
1.
Unsur ketauhidan
2.
Unsur kebajikan
Karya-karya
Sastra Pujangga yang Menggunakan Puisi Jawa Baru
1.
Karya-karya sastra Sri
Mangkunegara IV
2.
Karya-karya sastra R. Ngb.
Ranggawarsito
3.
Karya-karya Susuhunan Pakubuwana
IV
Keterkaitan
Islam dengan Karya-karya Sastra Jawa
Keterkaitan
antara Islam dengan karya-karya sastra Jawa adalah keterkaitan yang sifatnya
imperative moral. Artinya keterkaitan itu menunjukkan warna keseluruhan/corak
yang mendominasi karya-karya sastra tersebut. Karya-karya sastra Jawa adalah
karya sastra para pujangga keraton Surakarta
yang hidup pada zaman periode Jawa baru yang memiliki metrum Islam. Corak yang
mendominasi karya-karya sastra Jawa baru antara lain Jihad, masalah ketauhidan,
masalah moral/perilaku yang baik dan sebagainya.
Melaksanakan
Jihad
1.
Masalah Jihad
Bagi setiap umat Islam, sifat dan sikap seperti yang dimiliki seorang
prajurit sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi dan membentuk
manusia Indonesia dari abad millennium baru, sifat dan sikap tersebut yang
nantinya akan mampu melahirkan sumber daya manusia yang handal dan memiliki
kemampuan daya saing yang tinggi (profesionalisme).
2.
Mendekatkan diri kepada Tuhan
Bagi setiap orang Islam hendaknya selalu mendekatkan diri kepada Tuhan,
apabila seseorang selalu mendekatkan diri kepada-Nya tentu akan diberikan
petunjuk-Nya. Sebaliknya, orang yang tidak mendekatkan diri kepada-Nya tentu
akan jauh dari jalan kebaikan (petunjuk-Nya) sehingga akan mudah tersesat dalam
hidupnya.
3.
Memiliki Moral yang Baik (sifat /
perbuatan terpuji)
Setiap muslim hendaknya memiliki perilaku akhlaqul karimah, karena
dengan perilaku akhlaqul karimah seseorang akan terhindar dari perilaku yang
jahat, dan perilaku jahat itu pada hakikat-Nya merupakan perilaku setan / iblis
yang selalu dikutuk Tuhan.
Karya-karya
Sastra Jawa Kontemporer yang Islami
Karya-karya
Jawa kontemporer (zaman kemerdekaan) sulit untuk ditemukan, karena kebanyakan
pembuat puisi masih enggan untuk mencipta puisi yang Islami. Kebanyakan mereka
itu membuat karya-karya sastra yang lebih bersifat njawani.
Walaupun
demikian, masih ada penyair yang mengungkapkan ide-idenya lewat tembang
macapat dengan warna Islami seperti contoh berikut ini:
1.
Bektiya mring pangeran,
tembang : pucung;
2.
“Bektiya marang wong tuwamu”,
tembang : gambuh
0 comments:
Post a Comment