Thursday 12 November 2015

FASE-FASE PERTUMBUHAN ANAK USIA DINI

Anak adalah sosok individu unik yang mempunyai eksistensi, yang memiliki jiwa sendiri, serta memiliki hak untuk tumbuh berkembang secara optimal sesuai dengan kekhasanan-iramanya masing-masing. Perkembangan tersebut terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap perkembangan selanjutnya. Prinsip tersebut merupakan tahap-tahapan atau fase-fase dalam perkembangan yang mempunyai arti sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu.[1]
Dalam tahap perkembangan, selain tumbuh secara fisik, anak-anak juga berkembang secara kejiwaan. Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan berbagai prilaku sesuai dengan ciri-ciri masing-masing fase perkembangan tersebut. Selain itu dalam setiap perkembangan, potensi anak akan semakin tumbuh dan akan memberikan kontribusi yang berharga bagi peradaban.[2]
Adapun fase-fase perkembangan yang perlu diketahui sehubungan dengan masa-masa penting pertumbuhan kepribadian anak, yaitu; masa bayi dan masa awal kanak-kanak.
1.      Masa Bayi
Masa bayi adalah, dasar periode kehidupan yang sesungguhnya, pada masa inilah pola prilaku sikap dan ekspresi emosi banyak terbentuk. Ciri-ciri perkembangan pada masa tersebut, meliputi: perkembangan fisik, inteligensi, emosi, bahasa, bermain, pengertian kepribadian, moral dan kesadaran beragama.[3] Berkaitan dengan ciri-ciri perkembangan tersebut, maka mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi itu penting. Secara ilmiah, pentingnya pendidikan bayi pertama kali muncul dari karya Frecid, yang berpendapat bahwa penyesuaian diri yang kurang baik dimasa dewasa, berpangkal pada pengalaman pada masa kanak-kanak yang kurang baik. Ericson juga berpendapat bahwa “masa kanak-kanak merupakan kancah manusia untuk memulai fungsinya sebagai manusia, tempat dimana kebaikan dan keburukan kita berkembang dengan lambat tetapi pasti dan tempat dimana sifat-sifat itu menjadi terasa”. [4]
Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock, setidaknya, ada empat alasan yang menyebabkan mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi itu penting. Pertama, berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang dengan bertambahnya usia anak, sebaliknya pola-pola yang terbentuk pada permulaan kehidupan cenderung mapan, apakah itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau bermanfaat. Kedua, kalau pola prilaku yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang buruk mulai berkembang, maka semakin cepat hal-hal itu diperbaiki, akan semakin mudah bagi anak. Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu akan selamanya mempengaruhi pribadi dan sosial. Keempat, karena faktor belajar dan pengalaman memainkan peran yang penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan dan dikendalikan sehingga perkembangannya sejajar dengan jalur yang memungkinkan terjadinya penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.[5]
Sedangkan ciri-ciri yang menonjol dari fase perkembangan masa bayi yang berlangsung dari minggu kedua sampai tahun kehidupan kedua adalah, bahwa “periode tersebut merupakan tahun-tahun dasar, masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat dan berkurangnya ketergantungan, masa meningkatnya individualitas dan permulaan sosialisasi, masa penggolongan peran seks, dan kreativitas; dan masa yang menarik sekaligus berbahaya”.[6]
2.      Awal Masa Kanak-kanak
Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari 2-6 tahun, dimana pada masa tersebut anak sudah memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita dan mampu mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan diri).[7] Pada masa tersebut, oleh orang tua disebut sebagai usia yang problematis, menyulitkan atau mainan. Hal ini disebabkan karena belum cukupnya pengalaman seorang ibu (terutama pada anak pertama) dalam merawat anak, masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan dari pada masalah perawatan fisik bayi. Ketergantungan bayi yang sangat mengundang kasih sayang para orang tua dan hak-haknya. [8]
Sekarang berubah, anak tidak mau ditolong dan cenderung menolak ungkapan kasih sayang mereka. Disamping itu, diawal masa kanak-kanak ini, anak cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain. Kesanggupan jiwa membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang telah ada, dinamakan fantasi. Anak-anak sangat luas dan leluasa fantasinya, artinya dapat membuat gambaran khayal yang banyak dan luar biasa sehingga orang dewasa menganggapnya mustahil, misalnya sapu dan tongkat diciptakan menjadi kuda-kudaan, kursi dibalikkan menjadi kereta kuda dan sebagainya. Tetapi mereka belum mampu membedakan antara gambaran pengamatan, gambaran ingatan, dengan gambaran fantasi, karena akal dan pengertian yang mereka miliki masih sederhana, sedangkan perasaan dan keinginannya sangat meluap-luap, cerita dongeng yang luar biasa isinya, berada diluar alam nyata, sangat menarik perhatian mereka itu dan cerita dongeng itu sangat penting bagi perkembangan kepribadiannya.[9]
Sebelum anak-anak bersekolah, permainan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupannya, didalam permainan itu anak-anak kita lihat merdeka dan gembira-ria, fantasi anak yang terutama memberikan kemungkinan kepada mereka itu untuk dapat mendirikan dunianya yang tersendiri itu. Dunia pikiran keinginan, kemauan dan perasaan dapat dihayati sepenuhnya dalam permainan-permainannya. Ia dapat tengelam dalam lubuk fantasinya itu dan dunia kenyataan tidak menghalanginya sedikit juga. Ciri lain yang paling menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Namun meskipun kecenderungan ini tampak kuat, tetapi anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain.[10]


[1] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,  PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2000, hlm. 20.
[2]Sindunata, Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Kanisius, Yogyakarta, 2000, hlm. 92.
[3]Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 151.
[4]Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 1999, hlm. 76.
[5]Ibid, hlm. 76.
[6]Ibid, hlm. 101.
[7]Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,  hlm. 162.
[8]Ibid, hlm. 190.
[9]Fuaduddin, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, Lembaga Kajian Agama dan Jender, Jakarta, 1999, hlm. 26.
[10]Elizabeth B. Hurlock, Op. cit, hlm. 121.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Featured post

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Faktor Keturunan ( hereditas ) Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartik...

Popular Posts

Pageviews

Powered by Blogger.