Saturday 23 May 2015

AYAT-AYAT TENTANG AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR


Islam menempatkan manusia itu tidak saja dalam dimensi individu, akan tetapi juga dalam dimensi sosial sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu tugas dan kewajiban syar’i disampaikan kepadanya secara bersama-sama. Inilah kewajiban atau syi’ar yang ada. Kewajiban ini merupakan pelindung bagi syi’ar-syi’ar lainnya. Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban bagi setiap orang yang merupakan keistimewaan untuk menegakkan syi’ar-syi’ar Islam.

Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Menurut bahasa, amar ma’ruf nahi mungkar yaitu menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari kejahatan, Amar: menyuruh, Ma’ruf : kebaikan, Nahi : mencegah, Mungkar : kejahatan.
Ada beberapa pengertian mengenai amar ma’ruf nahi mungkar:
Abul A’la al-Maududi menjelaskan: bahwa tujuan yang utama dari syariat ialah untuk membangun kehidupan manusia di atas dasar ma’rifat (kebaikan-kebaikan) dan membersihkannya dari hal-hal yang maksiat dan kejahatan-kejahatan.
Dalam bukunya, Maududi memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan ma’ruf dan munkar adalah sebagai berikut:
Istilah ma’rufat (jamak dari makruf) itu menunjukkan semua kebaikan-kebaikan dan sifat-sifat yang baik sepanjang masa diterima oleh hati nurani manusia sebagai suatu yang baik, sebaliknya istilah munkarat (jamak dari munkar) menunjukkan semua dosa dan kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah di kutuk oleh watak manusia sebagai suatu hal yang jahat.[1]
1.      Dijelaskan dalam firman Allah Surat Ali Imran: 104
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)
Tafsirul mufrodat:
Al-Ummah: Golongan yang terdiri dari banyak individu yang antara mereka terdapat ikatan yang menghimpun, dan persatuan yang membuat mereka seperti berbagai organ dalam satu tubuh.
Al-Khairu: Sesuatu yang di dalamnya terkandung kebajikan bagi umat manusia dalam masalah agama dan duniawi.
Al-Ma’ruf: Apa yang dianggap baik oleh syariat dan akal. Dan kata munkar ialah lawan katanya.[2]
Penjelasan ahli-ahli tafsir mempunyai dua pendapat tentang sifat perintah atau unsur hukum yang terkandung dalam ayat tersebut.
a.       Pendapat pertama mengatakan, bahwa hukum melaksanakan amar makruf nahi munkar ialah fardu kifayah, sebab di dalam ayat itu hanya diterangkan hendaklah kamu tergolong ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar.
b.      Pendapat kedua bahwa hukumnya ialah fardlu ain, yaitu wajib bagi setiap pribadi muslim dan muslimah.
Orang yang diajak bicara dalam ayat ini ialah kaum mukmin seluruhnya. Mereka terkena taklif agar memilih suatu golongan yang melaksanakan kewajiban ini. Realisasinya adalah hendaknya masing-masing anggota kelompok tersebut mempunyai dorongan dan mau bekerja untuk mewujudkan hal ini, dan mengawasi perkembangannya dengan kemampuan optimal, sehingga bila mereka melihat kekeliruan atau penyimpangan dalam hal ini (amar makruf nahi munkar), mereka segera mengembalikannya ke jalan yang benar.
Berdasarkan ayat di atas, maka perkataan “minkum” pada ayat tersebut adalah “mimbayaniyah” yang hanya menunjukkan tentang jenis yang dikenakan perintah itu. Maka berdasar atas pendapat itu, tiap-tiap orang, tiap-tiap pribadi, asal masuk dalam golongan ummat Islam mendapat perintah wajib melakukan amar makruf nahi munkar itu.[3]
2.      Penafsiran al-Maraghi dalam surat Ali Imran ayat 110, tentang fungsi dan kedudukan kaum muslimin dalam menghadapi tugas kemasyaratan.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran : 110)
Tafsirul Mufrodat
Kuntum: kalian dijadikan dan diciptakan
Ukhrijat: Umat yang ditampakkan, sehingga membeda dan diketahui.
Penjelasan
Di sini amar makruf nahi munkar penyebutannya didahulukan di banding iman kepada Allah, padahal iman itu selalu berada di depan dari berbagai jenis ketaatan. Hal ini lantaran amar makruf nahi munkar merupakan pintu keimanan dan yang memeliharanya. Jadi didahulukan keduanya hal tersebut dalam penuturan adalah sesuai dengan kebiasaan yang terjadi dikalangan umat manusia, yaitu menjadikan pintu berada di depan segala sesuatu.[4]
3.      Surat al-A’raf : 157
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Penjelasan
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ
Maksudnya, bahwa Nabi yang ummi itu hanya menyuruh yang baik-baik saja dan tidak melarang kecuali yang buruk, sebagaimana kata Abdu ‘l-lah bin Mas’ud, “apabila kamu mendengar firman Allah, ya ayyuha ‘l-ladzina amanu, maka pasanglah telingamu untuk mendengarkannya, karena firman (yang didahului dengan, ya ayyuha ‘l-ladzina amanu, penjelasan itu memuat kebaikan yang kamu di suruh melakukannya, atau keburukan yang dilarang mengerjakannya”.
Dan perintah Nabi Muhammad SAW, yang terpenting diantaranya ialah suruhan untuk beribadah kepada Allah semata, tanpa menyekutukan Dia dengan yang lain. Adapun larangannya yang terpenting adalah larangan yang menyembah selain Allah, dan memang demikianlah ajaran semua Rasul yang pernah di utus Allah dan soal ibadah.[5]
4.      Surat Luqman : 17
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Tafsirannya :
Lafadz وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ
Dan perintahkanlah orang lain supaya membersihkan dirinya, sebatas kemampuan. Maksudnya, supaya jiwanya menjadi suci dan demi untuk mencapai keberuntungan.
وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Dan cegahlah manusia dari semua perbuatan durhaka terhadap Allah, dan dari mengerjakan larangan-larangan-Nya yang membinasakan pelakunya, serta menjerumuskannya ke dalam adzab neraka yang apinya menyala-nyala, yaitu neraka jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali adalah neraka jahanam.[6]
5.      Surat al-Hajj: 41, al-Maraghi tentang kewajiban amar makruf nahi munkar.
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ(الـحج :41)
 (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Penjelasannya :
Orang-orang yang diusir dari kampung halamannya ialah orang-orang yang apabila kami meneguhkan kedudukan mereka di dalam negeri, lalu mengalahkan kaum musyrikin, lalu mereka taat kepada Allah, mendirikan sholat, seperti yang diperintahkan kepada mereka, mengeluarkan zakat, menyuruh orang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh syariat dan melarang melakukan kemusyrikan, serta kejahatan. Kemudian Allah menjanjikan akan meninggikan apakah dia akan membalasnya dengan pahala ataukah dengan siksa di akhirat.[7]
6.      Surat at-Taubah : 112, tentang sifat orang yang beriman
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu.
Penjelasan :
Di dalam surat at-Taubah ada penjelasan tentang sifat-sifat orang yang beriman atau orang-orang mukmin yang sempurna imannya yang mana Allah telah memberi (menukar) diri dan harta mereka dengan surga.
Di dalam ayat di atas menafsirkan al amiruna bil ma’ruf, wa a-nahuna ‘ani al-munkar = orang-orang yang mengajak kepada keimanan dengan segala akibatnya, dan orang-orang yang mencegah dari kemusyrikan dengan segala akibatnya.[8]
7.      Surat Ali Imron : 114
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.
Penjelasan :
Dalam kitab tafsir al-Maraghi jilid 10
يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Di dalam ayat ini, Allah menyifati kaum mukminin dengan lima sifat yang sama sekali berlawanan dengan sifat kaum munafik, yaitu :
1)      Mereka menyuruh melakukan perbuatan yang makruf, sedangkan kaum munafik menyuruh perbuatan yang munkar.
2)      Mereka mencegah melakukan perbuatan yang munkar, sedangkan kaum munafik mencegah melakukan perbuatan yang makruf.
Kedua sifat ini merupakan pagar segala keutamaan dan benteng penghalang tersebarnya segala keburukan.
1)      Mereka melaksanakan shalat dengan sebaik dan sempurna mungkin dengan khusu’, tapi orang-orang munafik jika melaksanakan shalat dengan bermalas-malasan dan ruja’ terhadap manusia.
2)      Mereka mengeluarkan zakat yang diwajibkan atas mereka dan sedekah tathawwu’ (sukarela) yang mereka di berkati untuk itu, tetapi orang munafik sebaliknya.
3)      Mereka terus melaksanakan ketaatan, dengan meninggalkan larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya menurut kemampuan mereka, tetapi orang-orang munafik malah sebaliknya.[9]
Penafsiran Surat Ali Imran: 144 (dalam tafsir Ibnu Katsir I)
Dijelaskan: “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”. Mereka itulah yang disebut dalam firman Allah, “dan sesungguhnya diantara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka berendah hati kepada Allah”.[10]
8.      Surat at-Taubah : 71
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


DAFTAR PUSTAKA
M. Yunan Nasution, Pegangan Hidup (3), Penerbit Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1981.
Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tarjamah Tafsir al-Maraghi, CV. Toha Putra, Semarang, 1987.
Muh. Nasib ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir I, Gema Insani, Jakarta, 1999.


[1] M. Yunan Nasution, Pegangan Hidup (3), Penerbit Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1981, hlm. 30-31
[2] Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tarjamah Tafsir al-Maraghi, CV. Toha Putra, Semarang, 1987, jilid IV, hlm. 31-32
[3] M. Yunan Nasution, Pegangan Hidup (3), hlm. 32-33
[4] Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tarjamah Tafsir al-Maraghi, hlm. 44
[5] Ibid., jilid 9, hlm. 148
[6] Ibid., hlm. 45
[7] Ibid., hlm. 44
[8] Ibid., jilid II, hlm. 4
[9] Ibid., hlm. 270-271
[10] Muh. Nasib ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir I, Gema Insani, Jakarta, 1999, hlm. 571
Share:

Friday 22 May 2015

ISLAM DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN


Jagad raya seisinya adalah alam semesta ciptaan Allah SWT. Semua yang ada di muka bumi baik manusia, alam dan yang lainnya adalah makhluk Allah SWT. Manusia sebagai makhluk Allah adalah bagian dari alam semesta. Walaupun begitu, manusia merupakan makhluk Allah SWT yang mulia. Allah menciptakan manusia tidak hanya berbeda dengan makhluk lainnya. Tetapi juga memberikan kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu akal dan fikiran. Sebagaimana firman Allah SWT “Bahwa sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Dengan akal tersebut manusia dapat berfikir, memilih yang benar dan yang salah, memilih yang baik dan yang buruk, dan dengan akal manusia bisa mengembangkan kehidupannya. Akal itulah yang merupakan kelebihan manusia dibanding makhluk lainnya. Di samping memiliki indera utama pendengaran dan penglihatan.
Kelebihan dan keistimewaan manusia itu menempatkannya sebagai makhluk yang terhormat dan memperoleh martabat yang tinggi diantara makhluk lainnya. Karena martabat manusia yang mulia itu, manusia mengemban amanah luhur yang tidak sanggup diemban oleh makhluk lainnya karena ia dibekali oleh Allah SWT dengan akal, perasaan dan nafsu. Hal ini menyebabkan manusia lebih mampu memikul amanah Allah SWT sebagai khalifah dimuka bumi.
Langit dan bumi dengan segala isinya, termasuk matahari, bulan, binatang, air, tanah, tumbuhan, dan hewan merupakan ciptaan Allah SWT yang saling berhubungan antara satu sama lain dan saling mempengaruhi dalam komposisi ekosistem yang serasi dan seimbang serta berjalan secara teratur. Kesemuanya itu diatur oleh Allah SWT. Keteraturan, keserasian, dan keseimbangan ekosistem diantara unsur alam itu disebabkan karena pencipta dan pengaturannya adalah Esa, yakni Allah Rabbul Alamin.

PEMBAHASAN
Jenis-jenis Pencemaran Lingkungan:
a.      Pencemaran Udara dan air
Pencemaran udara dan air yang terjadi di kota-kota dan daerah-daerah industri yang masih pada tingkat rendah akan menimbulkan masalah lokal. Artinya walaupun rendah tetapi telah menjadi masalah bagi kelestarian lingkungan. Akan tetapi pencemaran udara dan air yang sudah terlalu tinggi dan zat pencemarannya tersebar kemana-mana oleh tiupan angin dan aliran air, maka timbullah masalah pencemaran regional.
Seperti diketahui, bahwa asap yang berasal dari mesin-mesin industri dan kendaraan bermotor umumnya bersifat kronis. Namun, karena hanya untuk tujuan kenyamanan industri dan kendaraan itu sendiri, maka dampak kronisnya sering diabaikan orang. Pencemaran udara biasanya dianggap fatal apabila terjadi pada saat kecelakaan pabrik atau kendaraan bermotor.
Pencemaran udara oleh kendaraan bermotor masih sedikit disadari orang, antara lain juga karena gas buang kendaraan cepat berbaur dengan udara, menjadi kasat mata, dan baunya cepat hilang. Padahal kepadatan lalu-lintas kendaraan bermotor setiap hari telah menyebabkan pencemaran udara.[1]
ð  Nama-nama zat kimia pengotor/pencemar udara

  • Sulfur dioxide didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba dan reduksi sulfat secara biologis. Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batu bara yang mengandung sulfur tinggi.

  • Ozon adalah gas yang tidak stabil, berwarna biru, mudah mengoksidasi dan bersifat irisan yang kuat terhadap saluran pernafasan, Ozon didapat secara alamiah di dalam stratosfir dan sebagian kecil di dalam troposfer. Secara artifisial Ozon di dapat dari berbagai sumber seperti peralatan listrik bervoltase tinggi, peralatan sinar rontgen, spektograf.[2]

  • Nitrogen Oxide / N2O adalah zat yang tidak pernah ada di dalam udara yang murni. Sumber utama N2O adalah pembakaran yakni asap dari kendaraan bermotor.

  • Karbon Monoxide adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, diproduksi oleh segala proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau oleh pembakaran dibawah tekanan dan temperatur tinggi seperti apa yang terjadi di dalam mesin.

  • Hidrogen Sulfida adalah gas yang berbau telur busuk, H2S ini sering terkumpul diudara pada lapisan bagian bawah dan sering di dapat di sumur-sumur, saluran air buangan. H2S didapat secara alamiah pada gunung-gunung berapi, industri kimia, industri minyak bumi, kilang minyak dan terutama pada industri yang memproduksi gas sebagai bahan bakar.

  • Hidrokarbon dapat berasalkan proses alamiah dan buatan manusia secara alamiah hidrokarbon diproduksi oleh tanaman, dekomposisi zat organik, sumber alamiah bagi hidrokarbon adalah sumur-sumur minyak dan gas bumi.[3]

ð  Pencemaran udara
Pencemaran air dapat didefinisikan sebagai konsentrasi jenis pencemar di dalam air dalam suatu periode waktu yang menimbulkan pengaruh yang merugikan. Standar badan air dan karakteristik air limbah dibuat atas dasar ketahanan dan kesehatan manusia dalam menerima berbagai zat pencemar. Istilah lain yang dikaitkan dengan standar adalah kriteria tipe zat pencemar. Kriteria ditentukan atas dasar hasil penelitian yang dilakukan untuk menilai pengaruh zat pencemar terhadap makhluk hidup. Standar ini digunakan untuk menetapkan peruntukan badan air penerima dan menetapkan karakteristik air limbah industri.
Parameter ini dibagi dalam 4 golongan, yaitu:
1)      Meliputi bau, warna, kekeruhan, konduktivitas
2)      Mencakup berbagai ion, senyawa kimia beracun, oksigen terlarut, zat organik.
3)      Meliputi jenis dan kandungan mikroorganisme
4)      Meliputi bahan radio aktif.[4]
Dampak air limbah industri terhadap badan air
1)      Zat organik terlarut
2)      Zat padat suspensi
3)      Nitrogen dan pospor
4)      Minuman dan bahan-bahan terapung
5)      Logam berat cyanide dan racun organik
6)      Warna kekeruhan
7)      Organik tracer
8)      Bahan yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis
9)      Bahan yang mudah menguap.[5]
b.      Pemanasan Global
Dalam tradisi teologi Islam belum dikenal adanya pemanasan global. Sebab pemanasan global adalah fenomena ekologis kontemporer modern. Sehingga teologi Islam baik klasik, menengah maupun modern belum merumuskan dalam konsep teologisnya, kalaupun ada, pemikiran yang sudah berkembang dalam khazanah teologi cuaca barulah bersifat elementer. Sementara itu, fenomena pemanasan global telah menjadi masalah bersama yang ada dihadapan kita. Bahaya akibat pemanasan global pun cukup serius yang berpeluang mengancam kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain.[6]
Pada masa akhir-akhir ini para ahli menemukan kenyataan betapa suhu permukaan bumi semakin panas dibandingkan masa-masa sebelumnya. Pemanasan global ini disebabkan karena di atmosfer terjadi peningkatan kadar suatu gas tak layak yang disebut gas rumah kala gas ini dapat dikatakan sebagai bentukan dari limbah gas yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, percobaan nuklir dan kebakaran hutan. Lapisan gas ini menghalangi gelombang panas dari bumi dengan cara menyerapnya dan sebagian terpantul kembali ke bumi, sehingga tidak bisa lepas lagi ke angkasa. Akibatnya suhu atmosfer bumi diramalkan akan naik paling tidak 3-5 derajat Celcius pada 50 tahun mendatang.
Pemanasan global pada dasarnya terjadi karena peningkatan faktor-faktor kehidupan modern. Berturut-turut sebagai berikut: kegiatan produksi dan konsumsi energi, pemakaian CFC, kegiatan pertanian, penebangan hutan, perlu bahan tata guna lahan dan kegiatan industri.[7]
c.       Hujan Asam
Disebabkan karena atmosfer tempat terbentuknya awan telah dicemari oleh gas-gas limbah pabrik. Industri berat (khususnya pengecoran logam, pembangkit listrik tenaga batu bara dan pendidih air) telah melepaskan berton-ton SO2, NO2, dan CO2. Sebagian dari gas pencemar tersebut berasal pula dari kendaraan bermotor, rumah tangga dan industri menengah ringan. Setelah beraksi dengan partikel air di udara akan menghasilkan unsur-unsur asam, seperti asam sulfat, asam nitrat dan asam karbon.[8]

KESIMPULAN
Lingkungan di Indonesia merupakan karunia dan rahmat Tuhan YME kepada rakyat dan bangsa Indonesia, yang merupakan ruang bagi kehidupan di semua aspek sesuai dengan wawasan nusantara, dan dalam rangka mendayagunakan SDA untuk memajukan kesejahteraan umum. Perlunya melaksanakan pengelolaan lingkungan untuk mengembangkan kemampuan lingkungan yang seras, selaras dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Kita sebagai manusia baik secara individu maupun masyarakat tidak dapat terlepas dengan segala hal aspek lingkungan yang ada di sekitar kita. Banyak muncul kemiskinan serta kemerosotan taraf hidup masyarakat akibat pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat merusak dan eksploitatif, dan kita juga benar-benar menjaga dan melestarikan segala ciptaan Allah SWT. Karena Allah menciptakan alam semesta ini untuk dijaga dan dilestarikan.

DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Adnan, dkk., Islam dan Lingkungan Hidup, Fatma Press, Jakarta, 1997.
Soemirat, S. Juli, Kesehatan Lingkungan, UGM Press, Yogyakarta, 2002.
Syafrudin, Pelestarian Lingkungan Hidup, Sinar Baru Algensindo, Yogyakarta, 1954.
Abdillah, Mujiono, Agama Ramah Lingkungan, Paramadina, Jakarta, 2001.


[1] Adnan Harahap, dkk., Islam dan Lingkungan Hidup, Fatma Press, Jakarta, 1997, hlm. 28-29
[2] Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, UGM Press, Yogyakarta, 2002, hlm. 56-57
[3] Ibid., hlm. 57-60
[4] Syafrudin, Pelestarian Lingkungan Hidup, Sinar Baru Algensindo, Yogyakarta, 1954, hlm. 3
[5] Ibid., hlm. 4-5
[6] Mujiono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm. 90
[7] Adnan Harahap, dkk., op.cit., hlm. 30
[8] Ibid., hlm. 32
Share:

Thursday 21 May 2015

PENDIDIKAN DI ALAM BEBAS (MASYARAKAT)


Pendidikan sebagai langkah awal bagi pendewasaan seseorang telah mengalami pergeseran paradigma, ini disebabkan karena hakekat, substansi serta tujuan dari pendidikan telah tercabut dari akarnya. Pendidikan sebagai proses awal bagi manusia untuk dapat mengetahui realita kehidupan dunia ternyata hanyalah teori belaka. Salah satunya sekolah yang merupakan lembaga penyelenggara pendidikan telah membuat pendidikan itu sendiri kehilangan substansi.
Masyarakat merupakan salah satu pendukung terhadap keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu masyarakat dan lingkungan sekolah perlu dibudidayakan secara optimal. Masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat besar manfaat dan artinya bagi kepentingan pembinaan dukungan moral, material, dan pemanfaatan masyarakat sebagai sumber belajar. Sebuah peradaban tak bisa hanya dinilai dari kemajuan teknologi saja, karena tanpa diimbangi dengan membangun moral spiritual hanya akan melahirkan generasi-generasi tiran, amoral, bahkan paranoid.[1]

PERMASALAHAN
Dewasa ini pendidikan yang ada di sekolah formal tidak menjamin semua lulusannya menjadi “orang sesungguhnya”. Justru pendidikan di sekolah non-formallah banyak melahirkan generasi yang siap menjalani kehidupan nyata. Karena lewat pendidikan di sekolah non formal mereka bisa menyatu dengan alam sehingga tahu bagaimana cara membangun kehidupan yang nyata. Sehingga dalam makalah saya ini sedikit akan membahas mengenai Pendidikan di Alam Bebas “Masyarakat”.

PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Pendidikan adalah proses mendewasakan manusia, transfer and transmitter of knowledge and value. Pendidikan merupakan proses awal kehidupan manusia, wilayahnya menjadi titik awal bagaimana mencari tujuan menentukan arah. Pendidikan tak hanya terkungkung dalam ruang kelas yang kecil, dan teralienasi dari realitas sosial. Maka disini saya berusaha menghadirkan bahwa alam semesta ini adalah sebuah ruang kelas raksasa.
Pendidikan merupakan pengalaman yang tak terbatas dalam waktu dan bentuk adalah sifat random. Yakni terjadi kapanpun sepanjang kurun waktu, usia hidup dimanapun, kapanpun dalam perjalanan hidup seseorang dan siapapun dari umat manusia adalah pelajaran dengan pengalaman hidup sebagai guru dan lingkungan adalah tempat belajar umat manusia.[2]
Tugas utama sebuah pendidikan adalah mengalihkan informasi, aturan dan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya untuk mempertahankan substansi dan melindungi pencapaian generasi berikutnya.
Pendidikan yang berbasis pada masyarakat pendidikan yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat (aturan, prosedur, pembiayaan) diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedang perintah secara langsung atau tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedang pemerintah secara langsung atau tidak hanya berperan dalam meningkatkan sumber daya manusianya melalui dukungan pada aspek-aspek yang tidak mampu dipecahkan oleh masyarakat.[3]
Ciri pendidikan kemandirian karena segala bentuk urusan diserahkan pada masyarakat sendiri. Pada bentuk ini pendidikan dan pengajaran didasari kesadaran akan adanya daya yang kuat dalam masyarakat untuk menentukan, merencanakan, mengembangkan, membiayai, melaksanakan dan menggerakkan segala bentuk pembelajaran yang mereka perlukan.
Pendidikan yang membebaskan merupakan pendidikan yang menyempurnakan proses pemecahan masalah secara ilmiah, mengedepankan penyelidikan tertentu yang bisa memberi hasil pengetahuan obyektif (yang lebih efektif dan lebih bisa dipercaya). Semua upaya adalah demi menuntaskan masalah-masalah praktis dan bukan membuat keabstrakan. Pendidikan di alam bebas ini menanamkan budi pekerti yang menentukan beradab atau tidaknya manusia.
Kebebasan itu terwujud atau terlihat ketika individu-individu bersatu dengan cara tertentu, ketika mereka hadir secara otentik (tanpa kedok kepura-puraan atau pangkat) ketika mereka mempunyai kegiatan yang dapat mereka jalankan bersama.
B.     Hakekat Alam Semesta (Masyarakat)
Dengan adanya pendidikan di alam bebas (masyarakat) ini manusia akan terdorong untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapinya. Dalam pendidikan ini setiap individu manusia menjadi buah pikiran, pendirian, contoh, dan tujuan untuk mencapai kebahagiaan.
Masyarakat merupakan sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Maka hubungan sekolah dan masyarakat harus berjalan dengan baik, juga rasa tanggungjawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah sehingga akan menghasilkan lulusan yang berkualitas terhadap ilmu pengetahuan ketrampilan dan sikap yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup dimasyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.[4]
Dalam sekolah alam tidak hanya dijadikan sebagai obyek pembelajaran namun juga dijadikan sebagai partner, sehingga tidak ada lagi yang namanya eksploitasi alam secara membabi-buta. Dalam sekolah alam peserta didik bebas berekspresi karena pada hakekatnya belajar dalam sekolah alam adalah penumbuhan jatidiri, gagasan, kreatifitas yang sesungguhnya.[5] 
Maksudnya para siswa kelas alam tidak hanya belajar pengetahuan diatas menara gading intelektual. Namun juga secara aktif terlibat langsung proses transformasi sosial. Peserta didiknya “berpenampilan” orisinal tanpa kepalsuan sebab ia tidak diikat oleh peraturan “penjara” sekolah konvensional. Materi pelajaran bersifat sukarela, disesuaikan dengan kebutuhan, potensi masing-masing. Sekolah alam benar-benar bebas secara jasmani dan rohani sehingga potensi manusia dapat digali secara optimal.
Jadi lupakanlah “guru berpidato diatas panggung dan siswa mendengarkan dengan baik, akan tetapi rubahlah dengan siswa aktif berkreasi diatas panggung dan guru mengarahkan dari jauh”.
Sekolah sampai bisa dikatakan penjara karena peserta didik hanya diumpamakan sebagai gelas kosong yang siap diisi air oleh guru-gurunya dimana setiap apa yang dikatakan dilakukan dan dikerjakan oleh seorang pengajar mutlak kebenarannya jadi siswa diwajibkan untuk mengikutinya. Tidak ada sama sekali kebebasan siswa. Mereka sangat terikat dengan adanya peraturan-peraturan tertulis, padahal yang terjadi pada pendidikan formal Indonesia. Para pengajar tidak sedikit yang mencontoh hal-hal yang terkadang menyimpang dan tidak sesuai dengan etika yang ada tapi mereka tak mau disalahkan, bisa jadi kalau ada siswa yang berani menyalahkan maka ancamannya adalah nilai. Bisa-bisa dikasih nilai merah dalam raportnya. Misal perbuatannya adalah: guru dengan anak duduk diatas meja, padahal perbuatan itu termasuk dhalim dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Jadi apalah daya siswa di sekolah formal. Hal ini akan berbeda dengan sekolah di alam bebas dimana siswa bisa mengungkapkan apa saja “Unek-unek” yang ada dalam pikirannya tanpa harus tertekan dengan aturan-aturan tertulis, mereka justru lebih bebas, lebih mudah berkreasi dan berekspresi.
C.    Kurikulum
Kemandirian merupakan kata kunci keberhasilan dalam sekolah alam. Manusia tidak hanya sebagai pelaksana lapangan tapi lebih menekankan pada individu itu sendiri sebagai manager terhadap dirinya. (Jadi selain manusia sebagai perencana, pelaksana, juga sebagai evaluator). Sebab dialah yang tahu tentang dirinya sendiri bukan orang lain.
Inti kurikulumnya adalah kehidupan manusia meskipun itu berbeda, namun pada dasarnya sama terbentuk oleh sebuah kecakapan. Kehidupan berusaha mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti, dan sempurna. Kecakapan itu bermacam-macam tergantung pada tingkatan maupun jenis lingkungan. Disetiap tingkatan dan lingkungan menuntut penguasaan pengetahuan, ketrampilan, sikap, kebebasan dan apresiasi tertentu.[6]
Sekolah yang hanya memberikan sebagian kecil pengetahuan dan pendidikan bagi seseorang, baik itu bagi kehidupan sekarang atau yang akan datang karena diluar sekolahan adalah tempat sesungguhnya manusia dapat belajar dan mengenyam hakekat pendidikan.
Sangat menyedihkan sekali memang karena banyak masyarakat yang masih menganggap sekolah sebagai tempat pemujaan dan dipercaya bagi sebagian orang untuk dapat merubah hidup seseorang menjadi baik. Tapi pada kenyataannya justru dengan bersekolah malah membuat nasib seseorang semakin tidak jelas.
Dalam tinjauan Freise, tokoh pendidikan dari Brasil berpendapat bahwa sekolah-sekolah yang bersifat formal merupakan tempat bagi para peserta didik. Hal itu diakibatkan karena kewajiban yang sangat memberatkan harus dijalankan oleh para peserta didik. Salah satunya menurut Freise adalah sistem pembelajaran yang bergaya bank dan lebih bersifat vertikal.[7]

Analisis
Belajar untuk tahu menjadi basis bagi pelajar untuk dapat melakukan belajar untuk dapat melakukan merupakan basis bagi pelajar untuk mandiri. Belajar untuk mandiri merupakan basis belajar untuk bekerja sama. Tahu, dapat, mandiri, dan kemampuan bekerja sama merupakan kesatuan dan persyaratan bagi individu untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Bahwa tidak semua siswa yang tahu dapat melakukan dalam arti memiliki ketrampilan, tetapi yang dapat melakukan pasti memiliki pengetahuan. Sebagai dasar teoritik tidak semua yang dapat melakukan dapat memiliki kemandirian karena untuk menjadi mandiri memerlukan syarat lain, tapi yang memiliki kemandirian pasti memiliki ketrampilan khusus sebagai basisnya.
Lewat pendidikan ini merupakan langkah tepat untuk membuat sebuah keberhasilan suatu pendidikan. Karena dalam pendidikan ini siswa bisa mengalami dan mempraktikkan secara langsung materi pelajaran yang telah diberikannya sehingga daya ingat siswa akan menjadi kuat. Seorang guru akan mudah memberikan materi karena siswa terkait langsung dengan lingkungan alam terbuka dimana masyarakat terlibat langsung dalam pembelajaran itu. Masyarakat tidak hanya sebagai penonton pendidikan tapi sebagai pendukung dan pelaksana.

Kesimpulan
Ada anggapan bahwa daripada mengenyam pendidikan lewat sekolah formal yang pada akhirnya tak menentu mau kemana arah tujuannya, belum tentu lewat sekolah formal orang bisa langsung bekerja dibanding dengan orang yang punya pengalaman banyak tentang dunia nyata maka banyak orang yang enggan untuk seolah di formal.
Pendidikan dalam arti luas adalah masyarakat dan segala bentuk kesosialannya. Pendidikan merupakan sebuah pengalaman yang tak terbatas dalam waktu dan bentuk adalah bersifat random. Yakni terjadi kapanpun sepanjang kurun waktu usia hidup dimanapun kapanpun dalam kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan untuk membangun masyarakat. Pembangunan masyarakat adalah proses pendidikan masyarakat yang menginginkan perbaikan, perkembangan, perubahan, dan tantangan dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.

DAFTAR PUSTAKA
Freire, Paulo, Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Mudyhardjo, Redja, Filsafat Ilmu Pendidikan, Rosda Karya, Bandung, 2001.
Mulyasa, E., MBS, Rosda, Bandung, 2003.
O’neil, William F., Ideologi Pendidikan, alih bahasa, Omi Intan Naomi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Partanto, Pius A., dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arloka, Surabaya, 1994.
Sukmadinata, Syaudih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Rosda Karya, Bandung, 1999.
Umberto, Sihombing, Pendidikan Berbasis Masyarakat, CV. Multi Guna, Jakarta, 2002.


[1] Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arloka, Surabaya, 1994, hal. 752
[2] Redja Mudyhardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, Rosda Karya, Bandung, 2001, hal. 146
[3] Sihombing Umberto, Pendidikan Berbasis Masyarakat, CV. Multi Guna, Jakarta, 2002, hal. 1
[4] E. Mulyasa, MBS, Rosda, Bandung, 2003, hal. 152
[5] William F. O’neil, Ideologi Pendidikan, alih bahasa, Omi Intan Naomi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hal. XVII
[6] Syaudih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Rosda Karya, Bandung, 1999, hal. 28
[7] Paulo Freire, Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan and Pembebasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Share:

Wednesday 20 May 2015

KESULITAN BELAJAR


Pada kehidupan di dunia ini, semua makhluk hidup pastilah mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Sama halnya dengan manusia, mereka akan tumbuh dan berkembang seiring dengan waktu yang akan terus berjalan. Di dalam kehidupan manusia pun ada banyak perubahan. Contohnya saja dari yang belum tahu menjadi tahu, dari yang belum bisa menjadi bisa, dari yang kecil berubah menjadi besar, dari kesemuanya itu manusia tak luput dari yang namanya berfikir dan belajar, karena semua tahu proses berfikir dan belajar memang menjadi santapan manusia sehari-hari. Namun, bagaimana bila seorang manusia mengalami proses kesulitan belajar?

PEMBAHASAN
Sebelum menjelaskan tentang proses kesulitan belajar, alangkah baiknya kita menjelaskan dulu apakah definisi belajar itu?
Belajar adalah suatu proses terjadinya perilaku.[1] Sebagai contoh: apabila kita belum mengetahui sesuatu dan ingin mengetahui sesuatu tersebut pastilah kita akan berfikir bagaimana cara kita mengetahui sesuatu yang kita inginkan. Sedangkan definisi berfikir adalah kemampuan untuk meletakkan hubungan dari bagian-bagian pengetahuan kita.[2]
Setelah mengetahui definisi belajar dan berfikir, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bagaimana para pelajar atau siswa sekolah mengalami proses kesulitan belajar, di sini akan dijelaskan:
Masalah kesulitan belajar yang sering di alami oleh para peserta didik di sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang perlu mendapat perhatian serius dikalangan para pendidik, karena kesulitan belajar yang di alami oleh para peserta didik di sekolah akan membawa dampak negatif, baik terhadap diri siswa itu sendiri, maupun terhadap lingkungannya. Hal ini termanifestasi dalam bentuk timbulnya kemalasan, frustasi, mogok sekolah, drop out, keinginan untuk berpindah-pindah sekolah karena malu telah tinggal kelas beberapa kali, dan lain sebagainya.
Untuk mencegah dampak negatif yang lebih jelek, yang mungkin timbul karena kesulitan belajar yang di alami para peserta didik, maka para pendidik harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin di alami oleh para peserta didiknya.
1.      Karakteristik Peserta Didik Dalam Belajar
Ø  Peserta didik yang cepat dalam belajar
Peserta didik yang cepat dalam belajar, pada umumnya adalah siswa yang dapat menyelesaikan proses belajar dalam waktu yang lebih cepat daripada yang diperkirakan semula. Meskipun demikian, peserta didik yang cepat dalam belajar sering juga mengalami kesulitan dalam belajar, karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah selalu menggunakan ukuran nominal dalam kecepatan belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha untuk membantu mereka mengatasi kesulitan belajarnya adalah dengan cara menempatkan mereka pada kelas khusus atau dengan cara memberikan tugas-tugas tambahan kepada mereka sebagai bahan penyeimbang.
Ø  Peserta didik yang lambat dalam belajar
Karakteristik sejenis memerlukan waktu yang lebih panjang dari waktu yang diperkirakan. Hal ini menyebabkan mereka sering merasa tertinggal dalam proses belajarnya. Sehingga mereka menemukan kesulitan belajar. Umumnya peserta didik yang lambat dalam belajar ini mempunyai IQ di bawah rata-rata, sehingga mereka memerlukan perhatian khusus dan waktu yang lebih lama dalam proses belajarnya.
Ø  Peserta didik yang kreatif
Adalah siswa yang menunjukkan kreatifitas yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Pada umumnya siswa yang kreatif ini terdiri dari peserta didik yang cepat dalam belajar dan juga mampu memecahkan masalah yang dihadapkan kepada mereka dengan berbagai variasi untuk mengembangkan kreatifitas, para peserta didik ini, sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya.
Ø  Peserta didik yang putus belajar
Adalah siswa yang tidak berhasil atau gagal dalam kegiatan belajarnya. Faktornya adalah kurang minat, malas, jurusan tidak sesuai dengan cita-cita, dan lain sebagainya. Selain itu faktor lain seperti lingkungan masyarakat yang tidak mendukung, keluarga, broken home, dan lain sebagainya.[3]
2.      Gejala Kesulitan Belajar Di Sekolah
Ø  Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas)
Ø  Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
Ø  Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
Ø  Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan seperti membolos, datang terlambat, tidak mau mencatat pelajaran.
Ø  Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah.
3.      Latar Belakang Kesulitan Belajar
Ø  Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik, kemampuan dasar merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula, sehingga menimbulkan kesulitan belajar.
Ø  Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu. Peserta didik yang kurang tai tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Ø  Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar.
Ø  Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik pada waktu tertentu dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Ø  Faktor jasmaniah.
Ø  Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar peserta didik.
Ø  Faktor keluarga.
Ø  Faktor lingkungan sosial yang mengganggu kegiatan belajar siswa, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, dan lain-lain.
4.      Diagnosis Kesulitan Belajar
a.       Kenalilah peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
b.      Memahami sifat dan jenis kesulitan belajar.
c.       Menetapkan latar belakang kesulitan belajar.
d.      Menetapkan usaha-usaha bantuan.
e.       Pelaksanaan bantuan.
f.       Tindak lanjut.[4]

KESIMPULAN
Kelambanan daya berfikir bisa jadi lambat. Kelambanan itu juga bisa berlangsung pada peristiwa cedera otak dan amnetis. Keadaan amnetis adalah keadaan pasien yang engah mengalami kehilangan ingatan. Reaksi orang yang bersangkutan menjadi sangat lambat, dan dengan susah payah dia akan kesulitan dalam belajar.[5]
Kecerdasan manusia terekam di dalam kode genetis dan seluruh sejarah evolusi kehidupan di bumi. Di samping itu, kecerdasan manusia juga dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari, kesehatan fisik dan mental dan berbagai faktor lain. Ditinjau dari segi ilmu saraf, semua sifat kecerdasan itu bekerja melalui atau dikendalikan oleh otak beserta jaringan sarafnya yang tersebar di seluruh tubuh.[6]

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Irwanto dkk, PSI. Umum, Jakarta: PT. Gramedia, 1989, cet. I
Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial 3, Gangguan-Gangguan Kejiwaan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, cet III
Dra. Hallen A. M. Pd, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputra T Press, 2002, cet. I
Danah Zahar dkk, Spiritual Quotient, Bandung: Mizan Media Ulama, 2000, cet. I



[1] Drs. Irwanto dkk, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Gramedia, 1989, cet. I, hlm. 106
[2] Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial 3, Gangguan-Gangguan Kejiwaan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, cet III, hlm. 81
[3] Dra. Hallen A. M. Pd, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputra T Press, 2002, cet. I, hlm. 126
[4] Dra. Hallen, op.cit, hlm. 141
[5] Kartini Kartono, op.cit, hlm. 84
[6] Danah Zahar dkk, Spiritual Quotient, Bandung: Mizan Media Ulama, 2000, cet. I, hlm. 35
Share:

Featured post

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Faktor Keturunan ( hereditas ) Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartik...

Popular Posts

Pageviews

Powered by Blogger.