Thursday 21 May 2015

PENDIDIKAN DI ALAM BEBAS (MASYARAKAT)


Pendidikan sebagai langkah awal bagi pendewasaan seseorang telah mengalami pergeseran paradigma, ini disebabkan karena hakekat, substansi serta tujuan dari pendidikan telah tercabut dari akarnya. Pendidikan sebagai proses awal bagi manusia untuk dapat mengetahui realita kehidupan dunia ternyata hanyalah teori belaka. Salah satunya sekolah yang merupakan lembaga penyelenggara pendidikan telah membuat pendidikan itu sendiri kehilangan substansi.
Masyarakat merupakan salah satu pendukung terhadap keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu masyarakat dan lingkungan sekolah perlu dibudidayakan secara optimal. Masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Hubungan sekolah dengan masyarakat sangat besar manfaat dan artinya bagi kepentingan pembinaan dukungan moral, material, dan pemanfaatan masyarakat sebagai sumber belajar. Sebuah peradaban tak bisa hanya dinilai dari kemajuan teknologi saja, karena tanpa diimbangi dengan membangun moral spiritual hanya akan melahirkan generasi-generasi tiran, amoral, bahkan paranoid.[1]

PERMASALAHAN
Dewasa ini pendidikan yang ada di sekolah formal tidak menjamin semua lulusannya menjadi “orang sesungguhnya”. Justru pendidikan di sekolah non-formallah banyak melahirkan generasi yang siap menjalani kehidupan nyata. Karena lewat pendidikan di sekolah non formal mereka bisa menyatu dengan alam sehingga tahu bagaimana cara membangun kehidupan yang nyata. Sehingga dalam makalah saya ini sedikit akan membahas mengenai Pendidikan di Alam Bebas “Masyarakat”.

PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Pendidikan adalah proses mendewasakan manusia, transfer and transmitter of knowledge and value. Pendidikan merupakan proses awal kehidupan manusia, wilayahnya menjadi titik awal bagaimana mencari tujuan menentukan arah. Pendidikan tak hanya terkungkung dalam ruang kelas yang kecil, dan teralienasi dari realitas sosial. Maka disini saya berusaha menghadirkan bahwa alam semesta ini adalah sebuah ruang kelas raksasa.
Pendidikan merupakan pengalaman yang tak terbatas dalam waktu dan bentuk adalah sifat random. Yakni terjadi kapanpun sepanjang kurun waktu, usia hidup dimanapun, kapanpun dalam perjalanan hidup seseorang dan siapapun dari umat manusia adalah pelajaran dengan pengalaman hidup sebagai guru dan lingkungan adalah tempat belajar umat manusia.[2]
Tugas utama sebuah pendidikan adalah mengalihkan informasi, aturan dan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya untuk mempertahankan substansi dan melindungi pencapaian generasi berikutnya.
Pendidikan yang berbasis pada masyarakat pendidikan yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat (aturan, prosedur, pembiayaan) diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedang perintah secara langsung atau tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedang pemerintah secara langsung atau tidak hanya berperan dalam meningkatkan sumber daya manusianya melalui dukungan pada aspek-aspek yang tidak mampu dipecahkan oleh masyarakat.[3]
Ciri pendidikan kemandirian karena segala bentuk urusan diserahkan pada masyarakat sendiri. Pada bentuk ini pendidikan dan pengajaran didasari kesadaran akan adanya daya yang kuat dalam masyarakat untuk menentukan, merencanakan, mengembangkan, membiayai, melaksanakan dan menggerakkan segala bentuk pembelajaran yang mereka perlukan.
Pendidikan yang membebaskan merupakan pendidikan yang menyempurnakan proses pemecahan masalah secara ilmiah, mengedepankan penyelidikan tertentu yang bisa memberi hasil pengetahuan obyektif (yang lebih efektif dan lebih bisa dipercaya). Semua upaya adalah demi menuntaskan masalah-masalah praktis dan bukan membuat keabstrakan. Pendidikan di alam bebas ini menanamkan budi pekerti yang menentukan beradab atau tidaknya manusia.
Kebebasan itu terwujud atau terlihat ketika individu-individu bersatu dengan cara tertentu, ketika mereka hadir secara otentik (tanpa kedok kepura-puraan atau pangkat) ketika mereka mempunyai kegiatan yang dapat mereka jalankan bersama.
B.     Hakekat Alam Semesta (Masyarakat)
Dengan adanya pendidikan di alam bebas (masyarakat) ini manusia akan terdorong untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapinya. Dalam pendidikan ini setiap individu manusia menjadi buah pikiran, pendirian, contoh, dan tujuan untuk mencapai kebahagiaan.
Masyarakat merupakan sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Maka hubungan sekolah dan masyarakat harus berjalan dengan baik, juga rasa tanggungjawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah sehingga akan menghasilkan lulusan yang berkualitas terhadap ilmu pengetahuan ketrampilan dan sikap yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup dimasyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.[4]
Dalam sekolah alam tidak hanya dijadikan sebagai obyek pembelajaran namun juga dijadikan sebagai partner, sehingga tidak ada lagi yang namanya eksploitasi alam secara membabi-buta. Dalam sekolah alam peserta didik bebas berekspresi karena pada hakekatnya belajar dalam sekolah alam adalah penumbuhan jatidiri, gagasan, kreatifitas yang sesungguhnya.[5] 
Maksudnya para siswa kelas alam tidak hanya belajar pengetahuan diatas menara gading intelektual. Namun juga secara aktif terlibat langsung proses transformasi sosial. Peserta didiknya “berpenampilan” orisinal tanpa kepalsuan sebab ia tidak diikat oleh peraturan “penjara” sekolah konvensional. Materi pelajaran bersifat sukarela, disesuaikan dengan kebutuhan, potensi masing-masing. Sekolah alam benar-benar bebas secara jasmani dan rohani sehingga potensi manusia dapat digali secara optimal.
Jadi lupakanlah “guru berpidato diatas panggung dan siswa mendengarkan dengan baik, akan tetapi rubahlah dengan siswa aktif berkreasi diatas panggung dan guru mengarahkan dari jauh”.
Sekolah sampai bisa dikatakan penjara karena peserta didik hanya diumpamakan sebagai gelas kosong yang siap diisi air oleh guru-gurunya dimana setiap apa yang dikatakan dilakukan dan dikerjakan oleh seorang pengajar mutlak kebenarannya jadi siswa diwajibkan untuk mengikutinya. Tidak ada sama sekali kebebasan siswa. Mereka sangat terikat dengan adanya peraturan-peraturan tertulis, padahal yang terjadi pada pendidikan formal Indonesia. Para pengajar tidak sedikit yang mencontoh hal-hal yang terkadang menyimpang dan tidak sesuai dengan etika yang ada tapi mereka tak mau disalahkan, bisa jadi kalau ada siswa yang berani menyalahkan maka ancamannya adalah nilai. Bisa-bisa dikasih nilai merah dalam raportnya. Misal perbuatannya adalah: guru dengan anak duduk diatas meja, padahal perbuatan itu termasuk dhalim dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Jadi apalah daya siswa di sekolah formal. Hal ini akan berbeda dengan sekolah di alam bebas dimana siswa bisa mengungkapkan apa saja “Unek-unek” yang ada dalam pikirannya tanpa harus tertekan dengan aturan-aturan tertulis, mereka justru lebih bebas, lebih mudah berkreasi dan berekspresi.
C.    Kurikulum
Kemandirian merupakan kata kunci keberhasilan dalam sekolah alam. Manusia tidak hanya sebagai pelaksana lapangan tapi lebih menekankan pada individu itu sendiri sebagai manager terhadap dirinya. (Jadi selain manusia sebagai perencana, pelaksana, juga sebagai evaluator). Sebab dialah yang tahu tentang dirinya sendiri bukan orang lain.
Inti kurikulumnya adalah kehidupan manusia meskipun itu berbeda, namun pada dasarnya sama terbentuk oleh sebuah kecakapan. Kehidupan berusaha mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti, dan sempurna. Kecakapan itu bermacam-macam tergantung pada tingkatan maupun jenis lingkungan. Disetiap tingkatan dan lingkungan menuntut penguasaan pengetahuan, ketrampilan, sikap, kebebasan dan apresiasi tertentu.[6]
Sekolah yang hanya memberikan sebagian kecil pengetahuan dan pendidikan bagi seseorang, baik itu bagi kehidupan sekarang atau yang akan datang karena diluar sekolahan adalah tempat sesungguhnya manusia dapat belajar dan mengenyam hakekat pendidikan.
Sangat menyedihkan sekali memang karena banyak masyarakat yang masih menganggap sekolah sebagai tempat pemujaan dan dipercaya bagi sebagian orang untuk dapat merubah hidup seseorang menjadi baik. Tapi pada kenyataannya justru dengan bersekolah malah membuat nasib seseorang semakin tidak jelas.
Dalam tinjauan Freise, tokoh pendidikan dari Brasil berpendapat bahwa sekolah-sekolah yang bersifat formal merupakan tempat bagi para peserta didik. Hal itu diakibatkan karena kewajiban yang sangat memberatkan harus dijalankan oleh para peserta didik. Salah satunya menurut Freise adalah sistem pembelajaran yang bergaya bank dan lebih bersifat vertikal.[7]

Analisis
Belajar untuk tahu menjadi basis bagi pelajar untuk dapat melakukan belajar untuk dapat melakukan merupakan basis bagi pelajar untuk mandiri. Belajar untuk mandiri merupakan basis belajar untuk bekerja sama. Tahu, dapat, mandiri, dan kemampuan bekerja sama merupakan kesatuan dan persyaratan bagi individu untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Bahwa tidak semua siswa yang tahu dapat melakukan dalam arti memiliki ketrampilan, tetapi yang dapat melakukan pasti memiliki pengetahuan. Sebagai dasar teoritik tidak semua yang dapat melakukan dapat memiliki kemandirian karena untuk menjadi mandiri memerlukan syarat lain, tapi yang memiliki kemandirian pasti memiliki ketrampilan khusus sebagai basisnya.
Lewat pendidikan ini merupakan langkah tepat untuk membuat sebuah keberhasilan suatu pendidikan. Karena dalam pendidikan ini siswa bisa mengalami dan mempraktikkan secara langsung materi pelajaran yang telah diberikannya sehingga daya ingat siswa akan menjadi kuat. Seorang guru akan mudah memberikan materi karena siswa terkait langsung dengan lingkungan alam terbuka dimana masyarakat terlibat langsung dalam pembelajaran itu. Masyarakat tidak hanya sebagai penonton pendidikan tapi sebagai pendukung dan pelaksana.

Kesimpulan
Ada anggapan bahwa daripada mengenyam pendidikan lewat sekolah formal yang pada akhirnya tak menentu mau kemana arah tujuannya, belum tentu lewat sekolah formal orang bisa langsung bekerja dibanding dengan orang yang punya pengalaman banyak tentang dunia nyata maka banyak orang yang enggan untuk seolah di formal.
Pendidikan dalam arti luas adalah masyarakat dan segala bentuk kesosialannya. Pendidikan merupakan sebuah pengalaman yang tak terbatas dalam waktu dan bentuk adalah bersifat random. Yakni terjadi kapanpun sepanjang kurun waktu usia hidup dimanapun kapanpun dalam kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan untuk membangun masyarakat. Pembangunan masyarakat adalah proses pendidikan masyarakat yang menginginkan perbaikan, perkembangan, perubahan, dan tantangan dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.

DAFTAR PUSTAKA
Freire, Paulo, Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Mudyhardjo, Redja, Filsafat Ilmu Pendidikan, Rosda Karya, Bandung, 2001.
Mulyasa, E., MBS, Rosda, Bandung, 2003.
O’neil, William F., Ideologi Pendidikan, alih bahasa, Omi Intan Naomi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Partanto, Pius A., dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arloka, Surabaya, 1994.
Sukmadinata, Syaudih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Rosda Karya, Bandung, 1999.
Umberto, Sihombing, Pendidikan Berbasis Masyarakat, CV. Multi Guna, Jakarta, 2002.


[1] Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arloka, Surabaya, 1994, hal. 752
[2] Redja Mudyhardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, Rosda Karya, Bandung, 2001, hal. 146
[3] Sihombing Umberto, Pendidikan Berbasis Masyarakat, CV. Multi Guna, Jakarta, 2002, hal. 1
[4] E. Mulyasa, MBS, Rosda, Bandung, 2003, hal. 152
[5] William F. O’neil, Ideologi Pendidikan, alih bahasa, Omi Intan Naomi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hal. XVII
[6] Syaudih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Rosda Karya, Bandung, 1999, hal. 28
[7] Paulo Freire, Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan and Pembebasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Featured post

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Faktor Keturunan ( hereditas ) Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartik...

Popular Posts

Pageviews

Powered by Blogger.