Jagad raya
seisinya adalah alam semesta ciptaan Allah SWT. Semua yang ada di muka bumi
baik manusia, alam dan yang lainnya adalah makhluk Allah SWT. Manusia sebagai
makhluk Allah adalah bagian dari alam semesta. Walaupun begitu, manusia
merupakan makhluk Allah SWT yang mulia. Allah menciptakan manusia tidak hanya
berbeda dengan makhluk lainnya. Tetapi juga memberikan kelebihan yang tidak
diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu akal dan fikiran. Sebagaimana firman
Allah SWT “Bahwa sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya”. Dengan akal tersebut manusia dapat berfikir, memilih
yang benar dan yang salah, memilih yang baik dan yang buruk, dan dengan akal
manusia bisa mengembangkan kehidupannya. Akal itulah yang merupakan kelebihan
manusia dibanding makhluk lainnya. Di samping memiliki indera utama pendengaran
dan penglihatan.
Kelebihan dan keistimewaan manusia itu menempatkannya sebagai makhluk
yang terhormat dan memperoleh martabat yang tinggi diantara makhluk lainnya.
Karena martabat manusia yang mulia itu, manusia mengemban amanah luhur yang
tidak sanggup diemban oleh makhluk lainnya karena ia dibekali oleh Allah SWT
dengan akal, perasaan dan nafsu. Hal ini menyebabkan manusia lebih mampu
memikul amanah Allah SWT sebagai khalifah dimuka bumi.
Langit dan bumi dengan segala isinya, termasuk matahari, bulan, binatang,
air, tanah, tumbuhan, dan hewan merupakan ciptaan Allah SWT yang saling
berhubungan antara satu sama lain dan saling mempengaruhi dalam komposisi
ekosistem yang serasi dan seimbang serta berjalan secara teratur. Kesemuanya
itu diatur oleh Allah SWT. Keteraturan, keserasian, dan keseimbangan ekosistem
diantara unsur alam itu disebabkan karena pencipta dan pengaturannya adalah
Esa, yakni Allah Rabbul Alamin.
PEMBAHASAN
Jenis-jenis
Pencemaran Lingkungan:
a.
Pencemaran Udara dan
air
Pencemaran udara dan air yang terjadi di kota-kota dan daerah-daerah
industri yang masih pada tingkat rendah akan menimbulkan masalah lokal. Artinya
walaupun rendah tetapi telah menjadi masalah bagi kelestarian lingkungan. Akan
tetapi pencemaran udara dan air yang sudah terlalu tinggi dan zat pencemarannya
tersebar kemana-mana oleh tiupan angin dan aliran air, maka timbullah masalah
pencemaran regional.
Seperti diketahui, bahwa asap yang berasal dari mesin-mesin industri dan
kendaraan bermotor umumnya bersifat kronis. Namun, karena hanya untuk tujuan
kenyamanan industri dan kendaraan itu sendiri, maka dampak kronisnya sering
diabaikan orang. Pencemaran udara biasanya dianggap fatal apabila terjadi pada
saat kecelakaan pabrik atau kendaraan bermotor.
Pencemaran udara oleh kendaraan bermotor masih sedikit disadari orang,
antara lain juga karena gas buang kendaraan cepat berbaur dengan udara, menjadi
kasat mata, dan baunya cepat hilang. Padahal kepadatan lalu-lintas kendaraan
bermotor setiap hari telah menyebabkan pencemaran udara.[1]
ð
Nama-nama zat kimia
pengotor/pencemar udara
- Sulfur dioxide didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba dan reduksi sulfat secara biologis. Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batu bara yang mengandung sulfur tinggi.
- Ozon adalah gas yang tidak stabil, berwarna biru, mudah mengoksidasi dan bersifat irisan yang kuat terhadap saluran pernafasan, Ozon didapat secara alamiah di dalam stratosfir dan sebagian kecil di dalam troposfer. Secara artifisial Ozon di dapat dari berbagai sumber seperti peralatan listrik bervoltase tinggi, peralatan sinar rontgen, spektograf.[2]
- Nitrogen Oxide / N2O adalah zat yang tidak pernah ada di dalam udara yang murni. Sumber utama N2O adalah pembakaran yakni asap dari kendaraan bermotor.
- Karbon Monoxide adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, diproduksi oleh segala proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau oleh pembakaran dibawah tekanan dan temperatur tinggi seperti apa yang terjadi di dalam mesin.
- Hidrogen Sulfida adalah gas yang berbau telur busuk, H2S ini sering terkumpul diudara pada lapisan bagian bawah dan sering di dapat di sumur-sumur, saluran air buangan. H2S didapat secara alamiah pada gunung-gunung berapi, industri kimia, industri minyak bumi, kilang minyak dan terutama pada industri yang memproduksi gas sebagai bahan bakar.
- Hidrokarbon dapat berasalkan proses alamiah dan buatan manusia secara alamiah hidrokarbon diproduksi oleh tanaman, dekomposisi zat organik, sumber alamiah bagi hidrokarbon adalah sumur-sumur minyak dan gas bumi.[3]
ð
Pencemaran udara
Pencemaran air dapat didefinisikan sebagai konsentrasi
jenis pencemar di dalam air dalam suatu periode waktu yang menimbulkan pengaruh
yang merugikan. Standar badan air dan karakteristik air limbah dibuat atas
dasar ketahanan dan kesehatan manusia dalam menerima berbagai zat pencemar.
Istilah lain yang dikaitkan dengan standar adalah kriteria tipe zat pencemar.
Kriteria ditentukan atas dasar hasil penelitian yang dilakukan untuk menilai
pengaruh zat pencemar terhadap makhluk hidup. Standar ini digunakan untuk
menetapkan peruntukan badan air penerima dan menetapkan karakteristik air
limbah industri.
Parameter ini dibagi dalam 4 golongan, yaitu:
1)
Meliputi bau, warna, kekeruhan,
konduktivitas
2)
Mencakup berbagai ion, senyawa
kimia beracun, oksigen terlarut, zat organik.
3)
Meliputi jenis dan kandungan
mikroorganisme
4)
Meliputi bahan radio aktif.[4]
Dampak air limbah industri terhadap badan air
1)
Zat organik terlarut
2)
Zat padat suspensi
3)
Nitrogen dan pospor
4)
Minuman dan bahan-bahan terapung
5)
Logam berat cyanide dan racun
organik
6)
Warna kekeruhan
7)
Organik tracer
8)
Bahan yang tidak mudah mengalami
dekomposisi biologis
9)
Bahan yang mudah menguap.[5]
b.
Pemanasan Global
Dalam tradisi teologi Islam belum dikenal adanya
pemanasan global. Sebab pemanasan global adalah fenomena ekologis kontemporer
modern. Sehingga teologi Islam baik klasik, menengah maupun modern belum
merumuskan dalam konsep teologisnya, kalaupun ada, pemikiran yang sudah
berkembang dalam khazanah teologi cuaca barulah bersifat elementer. Sementara
itu, fenomena pemanasan global telah menjadi masalah bersama yang ada dihadapan
kita. Bahaya akibat pemanasan global pun cukup serius yang berpeluang mengancam
kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain.[6]
Pada masa akhir-akhir ini para ahli menemukan
kenyataan betapa suhu permukaan bumi semakin panas dibandingkan masa-masa
sebelumnya. Pemanasan global ini disebabkan karena di atmosfer terjadi
peningkatan kadar suatu gas tak layak yang disebut gas rumah kala gas ini dapat
dikatakan sebagai bentukan dari limbah gas yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, percobaan nuklir dan kebakaran hutan. Lapisan gas ini menghalangi
gelombang panas dari bumi dengan cara menyerapnya dan sebagian terpantul
kembali ke bumi, sehingga tidak bisa lepas lagi ke angkasa. Akibatnya suhu
atmosfer bumi diramalkan akan naik paling tidak 3-5 derajat Celcius pada 50
tahun mendatang.
Pemanasan global pada dasarnya terjadi karena
peningkatan faktor-faktor kehidupan modern. Berturut-turut sebagai berikut: kegiatan
produksi dan konsumsi energi, pemakaian CFC, kegiatan pertanian, penebangan
hutan, perlu bahan tata guna lahan dan kegiatan industri.[7]
c.
Hujan Asam
Disebabkan karena atmosfer tempat terbentuknya awan
telah dicemari oleh gas-gas limbah pabrik. Industri berat (khususnya pengecoran
logam, pembangkit listrik tenaga batu bara dan pendidih air) telah melepaskan
berton-ton SO2, NO2, dan CO2. Sebagian dari
gas pencemar tersebut berasal pula dari kendaraan bermotor, rumah tangga dan
industri menengah ringan. Setelah beraksi dengan partikel air di udara akan
menghasilkan unsur-unsur asam, seperti asam sulfat, asam nitrat dan asam
karbon.[8]
KESIMPULAN
Lingkungan di
Indonesia merupakan karunia dan rahmat Tuhan YME kepada rakyat dan bangsa
Indonesia, yang merupakan ruang bagi kehidupan di semua aspek sesuai dengan
wawasan nusantara, dan dalam rangka mendayagunakan SDA untuk memajukan
kesejahteraan umum. Perlunya melaksanakan pengelolaan lingkungan untuk
mengembangkan kemampuan lingkungan yang seras, selaras dan seimbang guna
menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Kita sebagai manusia baik secara individu maupun masyarakat tidak dapat
terlepas dengan segala hal aspek lingkungan yang ada di sekitar kita. Banyak
muncul kemiskinan serta kemerosotan taraf hidup masyarakat akibat pengelolaan
lingkungan hidup yang bersifat merusak dan eksploitatif, dan kita juga
benar-benar menjaga dan melestarikan segala ciptaan Allah SWT. Karena Allah
menciptakan alam semesta ini untuk dijaga dan dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Adnan, dkk., Islam dan Lingkungan Hidup, Fatma Press, Jakarta, 1997.
Soemirat, S. Juli, Kesehatan Lingkungan, UGM Press, Yogyakarta, 2002.
Syafrudin, Pelestarian Lingkungan Hidup, Sinar Baru Algensindo,
Yogyakarta, 1954.
Abdillah, Mujiono, Agama Ramah Lingkungan, Paramadina, Jakarta,
2001.
[1] Adnan
Harahap, dkk., Islam dan Lingkungan Hidup, Fatma Press, Jakarta, 1997, hlm. 28-29
[2] Juli
Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, UGM Press, Yogyakarta,
2002, hlm. 56-57
[3] Ibid.,
hlm. 57-60
[4] Syafrudin,
Pelestarian Lingkungan Hidup, Sinar Baru Algensindo, Yogyakarta,
1954, hlm. 3
[5] Ibid.,
hlm. 4-5
[6] Mujiono
Abdillah, Agama Ramah Lingkungan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm. 90
[7] Adnan
Harahap, dkk., op.cit., hlm. 30
[8] Ibid.,
hlm. 32
0 comments:
Post a Comment