Pada kehidupan
di dunia ini, semua makhluk hidup pastilah mengalami perkembangan dan
pertumbuhan. Sama halnya dengan manusia, mereka akan tumbuh dan berkembang
seiring dengan waktu yang akan terus berjalan. Di dalam kehidupan manusia pun
ada banyak perubahan. Contohnya saja dari yang belum tahu menjadi tahu, dari
yang belum bisa menjadi bisa, dari yang kecil berubah menjadi besar, dari
kesemuanya itu manusia tak luput dari yang namanya berfikir dan belajar, karena
semua tahu proses berfikir dan belajar memang menjadi santapan manusia
sehari-hari. Namun, bagaimana bila seorang manusia mengalami proses kesulitan
belajar?
PEMBAHASAN
Sebelum
menjelaskan tentang proses kesulitan belajar, alangkah baiknya kita menjelaskan
dulu apakah definisi belajar itu?
Belajar adalah suatu proses terjadinya perilaku.[1] Sebagai
contoh: apabila kita belum mengetahui sesuatu dan ingin mengetahui sesuatu
tersebut pastilah kita akan berfikir bagaimana cara kita mengetahui sesuatu
yang kita inginkan. Sedangkan definisi berfikir adalah kemampuan untuk
meletakkan hubungan dari bagian-bagian pengetahuan kita.[2]
Setelah mengetahui definisi belajar dan berfikir, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bagaimana para pelajar atau siswa sekolah mengalami
proses kesulitan belajar, di sini akan dijelaskan:
Masalah kesulitan belajar yang sering di alami oleh para peserta didik di
sekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang perlu
mendapat perhatian serius dikalangan para pendidik, karena kesulitan belajar
yang di alami oleh para peserta didik di sekolah akan membawa dampak negatif,
baik terhadap diri siswa itu sendiri, maupun terhadap lingkungannya. Hal ini
termanifestasi dalam bentuk timbulnya kemalasan, frustasi, mogok sekolah, drop
out, keinginan untuk berpindah-pindah sekolah karena malu telah tinggal kelas
beberapa kali, dan lain sebagainya.
Untuk mencegah dampak negatif yang lebih jelek, yang mungkin timbul
karena kesulitan belajar yang di alami para peserta didik, maka para pendidik
harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin di alami
oleh para peserta didiknya.
1.
Karakteristik Peserta Didik Dalam
Belajar
Ø
Peserta didik yang cepat
dalam belajar
Peserta didik yang cepat dalam belajar, pada umumnya
adalah siswa yang dapat menyelesaikan proses belajar dalam waktu yang lebih
cepat daripada yang diperkirakan semula. Meskipun demikian, peserta didik yang
cepat dalam belajar sering juga mengalami kesulitan dalam belajar, karena pada
umumnya kegiatan belajar di sekolah selalu menggunakan ukuran nominal dalam
kecepatan belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha untuk membantu mereka
mengatasi kesulitan belajarnya adalah dengan cara menempatkan mereka pada kelas
khusus atau dengan cara memberikan tugas-tugas tambahan kepada mereka sebagai
bahan penyeimbang.
Ø
Peserta didik yang lambat
dalam belajar
Karakteristik sejenis memerlukan waktu yang lebih
panjang dari waktu yang diperkirakan. Hal ini menyebabkan mereka sering merasa
tertinggal dalam proses belajarnya. Sehingga mereka menemukan kesulitan
belajar. Umumnya peserta didik yang lambat dalam belajar ini mempunyai IQ di
bawah rata-rata, sehingga mereka memerlukan perhatian khusus dan waktu yang
lebih lama dalam proses belajarnya.
Ø
Peserta didik yang kreatif
Adalah siswa yang menunjukkan kreatifitas yang tinggi
dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Pada umumnya siswa yang kreatif ini terdiri
dari peserta didik yang cepat dalam belajar dan juga mampu memecahkan masalah
yang dihadapkan kepada mereka dengan berbagai variasi untuk mengembangkan
kreatifitas, para peserta didik ini, sekolah diharapkan dapat memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya.
Ø
Peserta didik yang putus
belajar
Adalah siswa yang tidak berhasil atau gagal dalam
kegiatan belajarnya. Faktornya adalah kurang minat, malas, jurusan tidak sesuai
dengan cita-cita, dan lain sebagainya. Selain itu faktor lain seperti
lingkungan masyarakat yang tidak mendukung, keluarga, broken home, dan lain
sebagainya.[3]
2.
Gejala Kesulitan Belajar Di
Sekolah
Ø
Menunjukkan hasil belajar
yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas)
Ø
Hasil yang dicapai tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan
Ø
Lambat dalam melakukan
tugas-tugas kegiatan belajar
Ø
Menunjukkan tingkah laku
yang berkelainan seperti membolos, datang terlambat, tidak mau mencatat
pelajaran.
Ø
Menunjukkan gejala emosional
yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah.
3.
Latar Belakang Kesulitan Belajar
Ø
Kurangnya kemampuan dasar
yang dimiliki oleh peserta didik, kemampuan dasar merupakan wadah bagi
kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan. Jika kemampuan dasar
rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula, sehingga menimbulkan
kesulitan belajar.
Ø
Kurangnya bakat khusus
untuk suatu situasi belajar tertentu. Peserta didik yang kurang tai tidak
berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam
belajar.
Ø
Kurangnya motivasi atau
dorongan untuk belajar.
Ø
Situasi pribadi terutama
emosional yang dihadapi peserta didik pada waktu tertentu dapat menimbulkan
kesulitan dalam belajar.
Ø
Faktor jasmaniah.
Ø
Faktor lingkungan sekolah
yang kurang memadai bagi situasi belajar peserta didik.
Ø
Faktor keluarga.
Ø
Faktor lingkungan sosial
yang mengganggu kegiatan belajar siswa, seperti pengaruh negatif dari
pergaulan, dan lain-lain.
4.
Diagnosis Kesulitan Belajar
a.
Kenalilah peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar.
b.
Memahami sifat dan jenis kesulitan
belajar.
c.
Menetapkan latar belakang
kesulitan belajar.
d.
Menetapkan usaha-usaha bantuan.
e.
Pelaksanaan bantuan.
f.
Tindak lanjut.[4]
KESIMPULAN
Kelambanan daya
berfikir bisa jadi lambat. Kelambanan itu juga bisa berlangsung pada peristiwa
cedera otak dan amnetis. Keadaan amnetis adalah keadaan pasien yang engah
mengalami kehilangan ingatan. Reaksi orang yang bersangkutan menjadi sangat
lambat, dan dengan susah payah dia akan kesulitan dalam belajar.[5]
Kecerdasan manusia terekam di dalam kode genetis dan seluruh sejarah
evolusi kehidupan di bumi. Di samping itu, kecerdasan manusia juga dipengaruhi
oleh pengalaman sehari-hari, kesehatan fisik dan mental dan berbagai faktor
lain. Ditinjau dari segi ilmu saraf, semua sifat kecerdasan itu bekerja melalui
atau dikendalikan oleh otak beserta jaringan sarafnya yang tersebar di seluruh
tubuh.[6]
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.
Irwanto dkk, PSI. Umum, Jakarta:
PT. Gramedia, 1989, cet. I
Dr.
Kartini Kartono, Patologi Sosial 3, Gangguan-Gangguan Kejiwaan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002, cet III
Dra.
Hallen A. M. Pd, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputra T Press, 2002, cet. I
Danah Zahar dkk, Spiritual Quotient, Bandung:
Mizan Media Ulama, 2000, cet. I
[1]
Drs. Irwanto dkk, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Gramedia, 1989, cet. I,
hlm. 106
[2]
Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial 3, Gangguan-Gangguan Kejiwaan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002, cet III, hlm. 81
[3]
Dra. Hallen A. M. Pd, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputra T Press, 2002, cet. I, hlm.
126
[4]
Dra. Hallen, op.cit, hlm. 141
[5] Kartini
Kartono, op.cit, hlm. 84
[6]
Danah Zahar dkk, Spiritual Quotient, Bandung: Mizan Media Ulama, 2000, cet. I, hlm.
35
0 comments:
Post a Comment