Saturday 6 December 2014

MITOS ATAU MITOLOGI


Mitos, sekarang merupakan cerita atau dongeng yang aneh-aneh, yang tidak masuk di akal, lebih-lebih kalau menurut pandangan orang-orang terpelajar, mitos merupakan suatu hal yang tiada berarti. Namun bagi orang yang mempunyai pandangan hidup mistis, primitif mitos mempunyai peranan yang penting, yang bisa memberi arah kehidupan.
Masalahnya, orang yang dikatakan terpelajar yang mengabarkan mitos itu memang hanya sedikit, sebaliknya manusia modern sekarang inipun masih banyak sekali yang berpandangan mistis. Oleh sebab itu, mitos memang masih banyak pengaruhnya terhadap manusia modern, sekarang ini. Seberapa banyak manusia modern yang mencari ketenangan dengan nepi di tempat yang dianggap keramat. Seberapa banyak yang mencari ketenangan dengan ruwatan dan sebagainya. Tingkah laku nepi, ruwatan, memberi saji-sajian terhadap batu perempatan dan sebagainya itu pada dasarnya karena terpengaruh oleh keampuhan mitos-mitos.

1.      Apa Mitos Itu?
Menurut Kamus, mitos atau mijth adalah person, thing, etc, that is imaginary, fictitious or inverted, artinya: seseorang, sesuatu dan sebagainya yang hanya dalam hayalan, diangan-angankan, direka-rekakan.[1]
Menurut C.A Van Peursen, mitos berarti sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu, kepada sekelompok orang.[2] Sedangkan menurut Dr. Harun Hadiwijono, mitos adalah kejadian-kejadian pada masa sekarang, dan yang menentukan nasib di hari depan.[3]
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa mitos itu merupakan suatu cerita hasil hayalan manusia, yang karena dipercayai kebenarannya, akan menuntun / memberi kehidupan bagi pendukungnya.
2.      Fungsi Mitos
Adapun fungsi mitos adalah sebagai berikut :[4]
a.       Menyadarkan manusia bahwa di dunia ini ada kekuatan-kekuatan ajaib/gaib. Membantu manusia agar dia dapat menghayati daya-daya itu sebagai suatu kekuatan yang mempengaruhi dan mengatasi kehidupan sukunya.
b.      Memberi jaminan pada masa kini. Misalnya para petani jika telah datang musim semi, maka mereka mulai menggarap ladangnya. Karena pada zaman dahulu para dewa juga memulai menggarap sawahnya dan memperoleh hasil yang melimpah-limpah.
c.       Berfungsi sebagai pengantara, antara manusia dan daya-daya kekuatan alam.
3.      Macam Mitos
Adapun beberapa macam mitos sebagai berikut :[5]
a.       Mitos penciptaan, yakni mitos yang menceritakan penciptaan alam semesta yang sebelumnya sama sekali tidak ada, mitos jenis ini melukiskan penciptaan dunia lewat pemikiran, sabda, atau usaha (panas) dari seorang dewa pencipta. Mitos ini bermaksud mengungkapkan bahwa dunia ini langsung berasal dari dewa pencipta tersebut, tanpa pertolongan siapapun di luar dirinya atau bahan apapun yang sebelumnya sudah ada.
b.      Mitos kosmogonik, yakni mitos yang mengisahkan penciptaan alam semesta, hanya saja penciptaan tersebut menggunakan sarana yang sudah ada, atau dengan perantara.
c.       Mitos-mitos asal-usul yang mengisahkan asal mula atau awal dari segala sesuatu, seekor binatang, suatu jenis tumbuhan, sebuah lembaga dan sebagainya. Mitos asal-usul tersebut mengakui keberadaan dunia, tetapi hanya berkisah tentang kemunculan baru dari benda-benda tertentu di dunia.
d.      Mitos-mitos mengenai para dewa dan para makhluk adi kodrati.
e.       Mitos-mitos yang berkaitan dengan kisah terjadinya manusia (mitos antropogenik).
4.      Realitas Mitos
Realitas mitos diterangkan secara berbeda oleh banyak pengarang, tergantung dari segi khusus yang digunakan dalam studi mereka mengenai mitos. Antropolog sosial seperti Malinowsky berpendapat bahwa mitos, sebagaimana ada dalam suatu masyarakat primitif, bukanlah semata-mata cerita yang dikisahkan, tetapi juga merupakan kenyataan yang dihayati. Mitos merupakan daya aktif di dalam kehidupan masyarakat primitif. Dengan “realitas” Malinowsky memaksudkan bahwa mitos menjadi penghubung dari institusi-institusi sosial yang ada.[6]
Bagi psikolog Gustav Carl Jung, masyarakat primitif tidaklah mereka-reka mitos melainkan menghayatinya; mitos bisa berupa apa saja kecuali simbol-simbol proses alam. Mitos mempunyai makna yang vital, tidak saja berarti bahwa mitos bukan hanya menyajikan kembali kehidupan mental melainkan merupakan mental masyarakat primitif itu sendiri, yang merosot nilainya dan menuju kehancuran jika warisan mitologinya hilang.
Bagi Jung, mitos bukanlah penunjuk untuk atau perjanjian dalam institusi sosial atau kultural, melainkan kenyataan psikologis, ungkapan dari arketipe atau gambaran primordial mengenai kesadaran kolektif. Mitos-mitos itu nyata, sejauh mereka menghadirkan kembali pola-pola yang diwariskan pada setiap manusia. Pola-pola tersebut menerima isi pikiran tertentu dari kebudayaan tertentu pula. Mitos memberi warna lokal bagi pola-pola dan kenyataan dalam manifestasi mereka pada tingkat kesadaran.
Bagi ahli sejarah agama Mircea Eliade, mitos selalu merupakan penampilan penciptaan; mitos menceritakan bagaimana segala sesuatu dijadikan, melalui adanya. Karenanya mitos sebagai kenyataan; yakni apa yang sesungguhnya terjadi. Eliade mengartikan “realitas” mitos sebagai kenyataan yang suci, kesucian sebagai satu-satunya kenyataan tertinggi; kesucian menghadirkan dirinya sebagai sesuatu yang sama sekali berbeda dari kenyataan biasa, kenyataan yang sesungguhnya, penuh dengan adanya, dipenuhi dengan kekuatan. Mitos merupakan sejarah suci. Karena itu, menceritakan mitos berarti menyingkap sebuah misteri. Sejauh menceritakan gesta (tindakan) para dewa dan para makhluk adi kodrati, mitos menjadi misteri dan sejarah suci. Dunia disingkapkan di dalam mitos, dan oleh dia adalah mitos maka tidak dapatlah kita memasukinya.[7]

Kesimpulan
Mitos adalah merupakan suatu cerita hasil hayalan manusia, yang karena dipercayai kebenarannya, akan menuntun/memberi arah kehidupan bagi pendukungnya.
Adapun fungsi mitos adalah a) menyadarkan manusia bahwa di dunia ini ada kekuatan-kekuatan gaib; b) memberi jaminan pada masa kini; c) sebagai perantara manusia dan kekuatan alam.
Macam-macam mitos yakni a) mitos penciptaan; b) mitos kosmogonik; c) mitos asal-usul; d) mitos mengenai dewa dan para makhluk adi kodrati; e) mitos yang berkaitan dengan kisah terjadinya manusia (mitos antropogenik).


[1] Majalah Walisongo, edisi 16, LP3M IAIN Walisongo Semarang, 2000, hal. 13
[2] Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Jakarta, Perbandingan Agama I, Djambatan, Jakarta, 1983, hal. 173
[3] Departemen Agama RI., Ensiklopedi Nasional Indonesia, Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1990, hal. 338
[4] Mariasusal Dhavamony, Fenomenology Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hal. 150-152
[5] Ibid., hal. 154-162
[6] Ibid., hlm. 152
[7] Ibid., hal. 152
Share:

0 comments:

Post a Comment

Featured post

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Faktor Keturunan ( hereditas ) Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartik...

Popular Posts

Pageviews

Powered by Blogger.