Saturday 6 December 2014

MOTIVASI PARA ORIENTALIS


Secara umum, tujuan para orientalis belajar orientalisme ada tiga, yaitu: tujuan pengacauan terhadap agama Islam; tujuan keagamaan dan politik dan tujuan ilmiah semata-mata demi ilmu pengetahuan.[1]
Pengacauan Terhadap Agama Islam
Para orientalis memakai banyak langkah dalam rangka mengacaukan agama Islam. Langkah yang dipakai para orientalis itu antara lain :
a.      Membuat keraguan terhadap kebenaran kerasulan Nabi Muhammad
Kebanyakan para orientalis dengan terang-terangan mengingkari bahwa Nabi Muhammad adalah seorang Nabi yang memperoleh wahyu dari Allah, mereka mengingkari pula bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah. Mereka menuduh bahwa al-Qur’an diambil dari seseorang yang menerangkan kepada Muhammad. Dan tatkala al-Qur’an mengandung hal-hal yang ilmiah yang tak terbantahkan dan yang tak ada yang dapat menirunya, maka mereka kemudian mengatakan bahwa al-Qur’an itu adalah dari kecerdasan Nabi Muhammad.[2]
b.      Mengingkari bahwa Islam adalah agama yang berasal dari Allah
Mereka mengatakan bahwa Islam adalah campuran dari agama Yahudi dan Kristen. Goldziher dan Schacht (keduanya orientalis Yahudi yang terkenal) mengatakan bahwa agama Islam diambil dan dipengaruhi oleh agama yahudi. Sementara itu, orientalis Kristen mengatakan bahwa dasar-dasar akhlak Kristen masuk dan mempengaruhi akhlak Islam.[3]
c.       Membuat keraguan tentang kebenaran Hadits Nabi yang menjadi pegangan para ulama Islam
Melihat hadits Nabi yang kaya akan pemikiran dan susunan syariat yang mengagumkan, para orientalis tidak percaya akan kenabian Muhammad SAW. Alasannya, tidak mungkin hadits itu datang dari seorang yang ummi. Jadi mereka mengatakan bahwa hadits itu buatan kaum muslimin pada tiga abad Islam yang pertama.[4]
d.      Membuat keraguan terhadap nilai-nilai fiqih Islam
Ketika para orientalis mendapati keagungan fiqh Islam (disisi lain mereka tidak percaya akan kenabian Muhammad), mereka mengatakan bahwa fiqh Islam bersumber dari huku Romawi (barat sendiri). Tapi, kemudian para ulama Islam dalam konferensi hukum di Den Haag memutuskan bahwa fiqh Islam merupakan hukum yang berdiri sendiri, tidak diambil dari hukum manapun.[5]
e.       Membuat keraguan terhadap kemampuan bahasa Arab mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
Tujuannya adalah agar kaum muslimin merasa bahwa istilah-istilah ilmiah hanya lengkap dalam bahasa mereka lalu mengakui kelebihan dan kemampuan mereka di bidang ilmu pengetahuan[6] dan dalam diri orang-orang muslim tercipta rasa minder.[7]
Tindakan orang-orang orientalis seperti di atas dilakukan pula di bidang filsafat Islam dan kebudayaan Islam. Dikatakan bahwa Islam tidak mempunyai filsafat. Yang ada adalah filsafat Yunani yang disalin dan dikembangkan dalam bahasa Arab. Begitu juga tentang kebudayaan. Setelah meneliti kebudayaan Islam, mereka mengatakan bahwa Islam tidak berkebudayaan.[8]
Motivasi Keagamaan dan Politik
Secara singkat, motivasi para orientalis dibidang keagamaan dan politik dilakukan dengan cara :
a.       Membuat keraguan kaum muslimin kepada Nabi Muhammad, al-Qur’an, syariat dan fiqhnya. Dalam hal ini mempunyai 2 tujuan: keagamaan dan penjajahan.[9]
Belfor, Menlu Inggris menyatakan: “Sebenarnya para orientalis telah membantu pemerintah dalam menjalankan praktik imperialisme dan kekuatan-kekuatannya dalam berbagai bidang. Tanpa peran orientalisme, maka praktik imperialisme tidak mampu mengatasi sekian banyak rintangan yang mereka hadapi”[10]
b.      Membuat keraguan kaum muslimin tentang nilai peninggalan peradabannya. Mereka mengatakan bahwa peradaban Islam berasal dari Romawi. Orang Arab dan kaum muslimin hanya memindah filsafat dan peninggalan-peninggalan peradaban Romawi. Mereka tidak mempunyai pemikiran dan peradaban. Kalaupun ada, maka penuh kekurangan dan kejanggalan.[11]
c.       Melemahkan kepercayaan kaum muslimin kepada peninggalan mereka serta membuat keraguan terhadap apa yang sudah ada di tangan mereka. Hal ini dilakukan agar mudah bagi penjajah meletakkan kakinya dan mengembangkan kebudayaannya di tengah muslimin. Dengan begitu, kaum muslimin mudah untuk dijadikan budak dan tidak akan ada perlawanan dari mereka.[12]
d.      Melemahkan jiwa persaudaraan sesama kaum muslimin dengan cara membuat perpecahan diantara mereka.[13]
Motivasi Ilmiah
Sedikit sekali orientalis yang mempunyai motivasi ilmiah semata.[14] Seperti yang dilakukan oleh Sir Thomas Arnold (1864-1930) yang menulis buku “Ad-Da’wah Ila al-Islam” (seruan kepada Islam). Isinya antara lain memberi dalil betapa tolerannya kaum muslimin terhadap orang-orang yang berlainan agama dengan mereka. Namun tidak demikian yang dilakukan oleh orang-orang yang beragama lain terhadap kaum muslimin.[15]
Diantara mereka ada yang memeluk agama Islam, lantaran timbul kesadaran akan kebenaran agama Islam sesudah menyelidiki dan mempelajari secara mendalam. Seperti Leopold Weiss kelahiran Austria, yang kemudian terkenal dengan nama Mohammad Asad (setelah Islam), menulis “Islam at The Crossroads” (Islam di simpang jalan), pada tahun 1934.[16]
Sekarang, banyak orientalis yang memeluk Islam dan turut aktif mengembangkan agama Islam di Eropa dan mempertahankannya dari serangan pihak lain.[17]

KESIMPULAN
Motivasi orientalis, secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu: mengacaukan agama Islam; motivasi keagamaan dan politik, serta motivasi ilmiah semata. Diantara ketiganya hanya sedikit yang murni mempunyai motivasi ilmiah semata. Kebanyakan setelah mengetahui kebenaran Islam, para orientalis itu masuk Islam.


[1] Ismail Jakub, Orientalisme dan Orientalisten, Surabaya: CV. Faizan, t.th, hlm. 53
[2] Ibid.,
[3] Ibid., hlm. 54
[4] Ibid.,
[5] Ibid., hlm. 55
[6] Ibid.,
[7] Hasnain Batth, Ilmu Perbandingan Agama, Yogyakarta: Menara Kudus, 2004, hlm. 65
[8] Ismail Jakub, op.cit., hlm. 56
[9] Ibid., hlm. 61
[10] Hasnain Batth, op.cit., hlm. 15
[11] Ismail Jakub, op.cit.,
[12] Ibid.,
[13] Ibid.,
[14] A. Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama, Yogyakarta: Yayasan Nida, 1969, hlm. 28
[15] Ismail Jakub, op.cit., hlm. 62
[16] Ibid., hlm. 63
[17] Ibid.,
Share:

0 comments:

Post a Comment

Featured post

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Faktor Keturunan ( hereditas ) Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartik...

Popular Posts

Pageviews

Powered by Blogger.