Saturday 6 December 2014

غـــافــــلين (ORANG-ORANG YANG LALAI / PELUPA)


Kata (اَلْغَافِلُوْنَ) terambil dari kata (غَفْلَهْ) yakni lalai, tidak mengetahui atau menyadari apa yang seharusnya diketahui dan disadari. Keimanan, dan petunjuk Allah sedemikian jelas, apalagi bagi yang berpengetahuan, tetapi bila mereka tidak memanfaatkannya maka mereka bagaikan orang yang tidak mengetahui / menyadari bahwa mereka memiliki potensi atau alat untuk meraih kebahagiaan. Inilah kelalaian yang tiada taranya.
Adapun ayat-ayat yang berkaitan dengan ghofiliin yaitu terdapat dalam surat al-A’raf ayat 179 yang berbunyi:
وَلَقَـدْ ذَرَأْنَا لِجَهَـنَّمَ كَــثِيراً مِّنَ الْجِــنِّ وَالإِنسِ لَـهُمْ قُـلُـوبٌ لاَّ يَفْقَــهُـونَ بِهَـا وَلَـهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَـا وَلَـهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِـهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَــامِ بَـلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِــلُـونَ {الاعراف:179}
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Pendapat Ahli Tafsir:
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah surat al-A’raf ayat 179 halaman 302, beliau menjelaskan mengapa seseorang tidak mendapat petunjuk dan mengapa pula yang lain disesatkan Allah. Ayat ini juga berfungsi sebagai ancaman kepada mereka yang mengabaikan tuntunan pengetahuannya. Ia menjelaskan bahwa mereka yang Kami kisahkan keadaannya itu, yang menguliti dirinya sehingga Kami sesatkan adalah sebagian dari yang Kami jadikan untuk isi neraka dan demi Keagungan dan Kemuliaan Kami sungguh Kami telah ciptakan untuk isi neraka Jahannam banyak sekali dari jenis jin dan jenis manusia karena kesesatan mereka; mereka mempunyai hati, tetapi tidak mereka gunakan memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mereka gunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak mereka gunakan untuk mendengar petunjuk-petunjuk, bahkan mereka lebih sesat lagi daripada binatang. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar amat lalai.[1]
Menurut Ibnu Katsir, Allah ta’ala berfirman dan sesungguhnya kami telah menciptakan untuk jahanam sebagian besar jin dan manusia. Yakni Kami menyiapkan mereka untuk jahanam dan berperilaku dengan perilaku penghuni jahanam. Hal itu karena tatkala Allah hendak menciptakan makhluk, maka dia mengetahui apa yang akan mereka lakukan, sebelum keberadaan mereka, kemudian apa yang akan mereka lakukan, itu di tulis dalam kitab. Hal itu terjadi lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, sebagaimana hal itu dikemukakan dalam shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ اللهَ قَدَّرَ مَقَادِيْرَ الْخَلْقِ قِيْلَ اَمْ يَخْلُقَ السَّمَواتِ وَاْلاَرْضَ بِخَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍ وَكَانَ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ {رواه مسلم}
Allah telah menetapkan takdir-takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan arsy nya di atas air.
Firman Allah “mereka itu seperti binatang”, yakni orang-orang yang tidak menyimak kebenaran, tidak menyadarinya, dan tidak melihat hidayah adalah seperti binatang yang di lepas yang tidak memanfaatkan organ-organ tubuh itu kecuali sekedar untuk memperoleh makanan dalam kehidupan lahiriyah dunia. Binatang itu mendengar suara penggembalaannya, namun ia tidak memahami apa yang diucapkan. Maka sehubungan dengan mereka Allah berfirman, bahkan mereka lebih sesat “dari pada binatang” itu. Sebab binatang kadang-kadang dapat menuruti majikan penggembala walaupun ia tidak memahaminya. Kemudian binatang itu berbuat menurut tujuan penciptaannya baik berdasarkan nalurinya maupun karena ketaklukannya, hal itu berbeda dengan orang kafir. Sesungguhnya Allah menciptakan dia supaya menghambakan diri kepada Allah dan mengesakannya, lalu dia mengingkari dan menyekutukan Allah ta’ala, maka manusia yang taat kepada Allah akan lebih mulia keadaannya di akhirat daripada Malaikat, sedangkan manusia yang kafir kepada-Nya adalah lebih buruk daripada binatang. Allah berfirman “mereka itu adalah orang-orang yang lalai”.[2]
Munasabah
Sifat dan ciri-ciri
Adapun sifat dan ciri-ciri orang yang lalai tertulis dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 7 yang berbunyi:
إَنَّ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءنَا وَرَضُواْ بِالْحَياةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّواْ بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ {7}
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. (QS. Yunus : 7)
Adapun ayat-ayat yang berkaitan dengan ayat di atas adalah al-Qur’an surat al-A’raf ayat 146 yang menjelaskan bahwa janji-janji Allah pada ayat-ayat yang lalu akan diperoleh oleh mereka yang melaksanakan tuntutan kitab suci, yang membangkang, atau orang-orang yang dinamai oleh ayat-ayat yang lalu “orang-orang fasik”, tidak akan meraihnya, karena Aku akan memalingkan dari ayat-ayat-Ku yakni tanda-tanda kebesaran-Ku yang sangat agung, baik yang terbaca maupun yang terhampar orang-orang yang terus menerus sangat angkuh di muka bumi terhadap makhluk-makhluk Allah. Karena tidak ada keangkuhan terhadap makhluk Allah, kecuali keangkuhan pasti, tanpa hak yakni tanpa alasan yang benar. Mereka, yakni orang-orang yang sangat angkuh itu jika melihat ayat-ayat kami, mereka tidak beriman kepadanya karena keangkuhannya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa mereka kepada petunjuk, yakni jalan kebenaran dan kebajikan mereka tidak menjadikannya jalan yang seharusnya mereka tempuh, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan kekeliruan dan kebejatan, mereka dengan sengaja dan sadar menjadikannya jalan mereka yang mereka telusuri secara terus menerus, yang demikian itu yakni perlakuan kami memalingkan mereka itu disebabkan karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami, sehingga tidak ada gunanya Kami mendekatkannya kepada mereka dan juga karena mereka terhadapnya sejak dahulu hingga kini selalu lalai tidak memperhatikan, bahkan mengabaikannya.
Hukumnya: tidak diperbolehkan / haram
Karena dalam al-Qur’an sudah dijelaskan dalam QS. Al-A’raf ayat 179 bahwasanya orang yang melalaikan ayat-ayat Allah dan tidak beriman kepada Allah, maka Allah berjanji akan menghukum mereka dengan menenggelamkan mereka di laut, dan Allah akan mengunci mati hati, pendengaran dan penglihatannya di sebabkan mereka lalai kepada Allah.
Akibat yang ditimbulkan
Negatif
أُولَـئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ {النحل : 108}
Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.
Ayat ini menjelaskan lebih jauh keadaan mereka yang tidak mendapat petunjuk itu, atau menjelaskan dampak dari ketiadaan petunjuk Allah bagi mereka yakni : mereka itulah orang-orang yang Allah telah mengunci mati hati mereka dan pendengaran mereka yakni Allah membiarkan mereka larut dalam kesesatan sesuai dengan keinginan hati mereka sendiri. Sehingga akhirnya hati mereka terkunci mati dan telinga mereka tidak dapat mendengar bimbingan serta penglihatan mereka pun di tutup, sehingga tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di alam raya tidak mereka lihat kecuali fenomenanya saja, dan mereka itulah orang yang benar-benar lalai memperhatikan dan merenungkan makna hidup ini. Pasti dan tidak diragukan lagi bahwa mereka di akhirat nanti adalah mereka yang secara khusus orang-orang rugi, celaka dan binasa.
Selain ayat tersebut ada juga dalil al-Qur’an yaitu surat al-Hasr ayat 19
Positif
Bagi orang-orang yang tidak melalaikan Allah dan ayat-ayat Allah yaitu tertulis dalam al-Qur’an surat al-A’la ayat 6-8 yang berbunyi :
سَنُقْرِؤُكَ فَلاَ تَنسَى، إِلاَّ مَا شَاء اللهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى،وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى {الاعلى : 6-8}
“Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah”. (QS. Al-A’la : 6-8)
Balasan / Janji Tuhan
Surat al-A’raf ayat 136 yang berbunyi :
فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَكَانُواْ عَنْهَا غَافِلِينَ {136}
Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu
Di samping surat al-A’raf ayat 136, ada juga surat al-Munafiqun ayat 9 dan al-A’raf ayat 179, yang menjelaskan tentang kelalaian seseorang. Di dalam surat-surat tersebut diterangkan bahwa orang-orang yang lalai akan dimasukkan ke neraka jahanam, karena mereka diberi penglihatan, pendengaran, hati tetapi tidak dipergunakan ke jalan yang baik, tetapi mereka pergunakan ke jalan yang jelek, dan mereka seperti binatang ternak dan orang yang sesat. Dan karena mereka mengingkari janji untuk percaya kepada ajaran tauhid yang dibawa Nabi Musa As, atau mengingkari janjinya membiarkan Bani Israil berhijrah bersama Nabi Musa As. Maka Kami menyiksa mereka yakni membalas mereka dengan siksa yang lebih berat dari siksa yang pernah mereka alami, maka begitu siksa itu jatuh, kami tenggelamkan mereka ke laut merah, disebabkan mereka telah lama mendustakan ayat-ayat Kami yang demikian agung dan jelas dan mereka sejak dahulu hingga kini adalah prang-orang yang lalai.

Kesimpulan
Bahwasanya mereka yang mengutamakan kehidupan dunia atas akhirat, yakni mengorbankan akhiratnya untuk dunianya, adalah orang-orang rugi dan celaka. Ini karena mereka menjadikan kenikmatan semua yang sifatnya sementara sebagai tujuan dan mengabaikan kenikmatan hakiki lagi abadi. Mereka membatasi diri dan akal mereka pada hal-hal lahiriyah atau fenomena tanpa memandang kepada apa di balik yang lahir itu. Ini disebabkan karena mata, hati, dan telinga mereka telah buta dan tuli, sehingga Allah tidak memberi mereka hidayah.


[1] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, hal. 300
[2] Muhammad Nasib Ar-Rifai, Ringkasan Tafsir Ibn Katsir Jilid 2, Gema Insani, Jakarta, 1999, hal. 455
Share:

0 comments:

Post a Comment

Featured post

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Faktor Keturunan ( hereditas ) Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartik...

Popular Posts

Pageviews

Powered by Blogger.