Yang dimaksud
dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar tempat hidup atau
tempat tinggal kita, setiap makhluk hidup akan sangat terpengaruh oleh
lingkungan hidupnya, sebaliknya makhluk hidup itu sendiri juga dapat
mempengaruhi lingkungannya. Makhluk hidup dan lingkungannya itu mempunyai
hubungan sangat erat satu sama lain, saling mempengaruhi lingkungannya. Makhluk
hidup dan lingkungannya itu mempunyai hubungan sangat erat satu sama lain,
saling mempengaruhi, sehingga merupakan satu kesatuan fungsional yang disebut
“ekosistem”.[1]
Banyak para
praktisi mempertanyakan adakah Islam memberikan cara pandang yang salah
terhadap persoalan lingkungan?[2]
Penciptaan
Lingkungan Hidup
Berjuta-juta
tahun yang lalu, Allah telah menciptakan alam semesta termasuk bumi dan isinya,
yaitu jauh sebelum manusia diciptakan (QS. 2:117). Dimuka bumi Allah
menciptakan makhluk berupa tumbuhan yang beraneka ragam dan berbagai jenis
hewan sejak yang bersel satu hingga binatang-binatang raksasa. Kini
tumbuh-tumbuhan raksasa itu telah punah dan dalam usia jutaan tahun terpendam
di dalam bumi.
Setelah
kelahiran manusia, muncul jenis-jenis baru tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang
disediakan untuk lingkungan hidup manusia agar sejahtera hidupnya. Lingkungan
itu perlu diolah dan dimanfaatkan manusia sebaik-baiknya, supaya sesuai dengan
maksud Allah menyediakan itu semua. Akal dan budi yang telah dianugerahkan
Allah kepada manusia, ia dapat mengolah bahan mentah yang telah tersedia di
bumi, baik dipermukaan bumi, di perut bumi, maupun di dalam lautan dan di
dasarnya. Manusia juga disediakan bahan-bahan keperluan hidup yang terkandung
di langit.[3]
Peranan
Manusia dalam Melestarikan Lingkungan
Lingkungan hidup
yang telah tersedia ini diciptakan untuk kepentingan hidup manusia. Tetapi
seringkali dalam rangka memenuhi kebutuhannya itu mengabaikan terjaminnya
keseimbangan lingkungan. Sementara itu sumber-sumber alam abiotik yang berupa
tambang-tambang yang tak dapat diperbaharui lagi semakin berkurang dan yang
biotik tidak diperkembangkan.
Apabila manusia
mengurus dan mengelola alam lingkungan dan berbagai kekayaan yang tersedia ini
dengan sebaik-baiknya, seadil-adilnya, maka kebaikan itu akan dinikmati manusia
secara awet dan lestari. Tetapi sebaliknya, apabila pengurusan alam ini tidak
baik, boros dan serampangan, tidak adil dan tidak seimbang dalam melakukan
eksplorasi melewati batas dalam memperlakukan alam lingkungannya, niscaya azab
Allah dan malapetaka akan datang kepada manusia. Dan itu tidak lain akibat
perbuatan tangan manusia itu sendiri.[4]
Pemanfaatan
Sumber Daya Alam
Lingkungan hidup
berupa sumber alam merupakan kekayaan yang disediakan untuk manusia, hendaklah
manusia memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
a.
Air
Air merupakan
kebutuhan pokok manusia, sejak penggunaan yang paling kecil seperti untuk
minum, masak, mencuci, dan lain-lain sampai pemanfaatan air untuk pertanian.
Pembangunan waduk untuk pengairan dan pembangkit listrik. Air juga kebutuhan
yang paling esensial bagi manusia maka Allah menyediakan air dimana-mana,
hampir 4/5 permukaan bumi terisi air. Tanpa adanya air, manusia dan makhluk
hidup lainnya tidak dapat berlangsung, bahkan segala yang hidup ini mulanya
diciptakan Allah dari air.
Air laut yang
asin dimanfaatkan oleh manusia untuk jalur transportasi antar pulau dan benua.
Selain itu air laut dapat pula dibuat garam, tempat mencari ikan dan di
dalamnya terkandung kekayaan alam baik yang sudah ditemukan manusia maupun yang
masih terpendam sebagai harta karun.[5]
b.
Tanah
Penggunaan tanah
untuk pertanian dimulai sejak cara yang paling sederhana hingga penggunaan
mekanisasi pertanian yang modern. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
memungkinkan tanah memberikan hasil yang berlipat ganda, yaitu peningkatan
produksi panen yang berasal dari tanah.
Kurang lebih 200
ayat dalam al-Qur’an yang menerangkan masalah botani (ilmu tumbuh-tumbuhan)
yang menunjukkan pentingnya sektor tersebut. Botani sebagai ilmu yang berdiri
sendiri berguna dalam kehidupan manusia, karena dengan pengetahuan itulah
manusia dapat mengambil manfaat dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, keajaiban,
keindahan, kehalusan tumbuh-tumbuhan itu mengundang manusia membuka mata
hatinya dan berpikir, bahwa semua kejadian itu adalah dengan kekuasaan Allah
Swt.
Tinggallah upaya
manusia, sejauh mana aktivitasnya menggarap bumi dan mengolah tanah. Dalam
hubungan ini Rasulullah Saw menandaskan : “Tiadalah seorang muslim bercorak
tanam, lalu hasilnya dimakan oleh burung, manusia ataupun hewan, melainkan
kepadanya sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian
tidak sepatutnya bumi dibiarkan terlantar, tidak dimanfaatkan melainkan perlu
dimakmurkan untuk kesejahteraan manusia.[6]
c.
Hutan
Hutan berperan
sebagai pelindung banjir, longsor, dan penyimpanan penyediaan air di
pegunungan, kayu-kayu besar dan daun-daunnya yang rimbun serta akar-akar yang
menjalar bersama-sama semak-semak di sekitarnya menampung air hujan yang selalu
turun di pegunungan. Air tersebut menyerap ke dalam tanah dan di sela-sela
rimba, kemudian muncul mata air yang tetap bening melalui kali dan terhimpun
menjadi sungai.
Dari hutan juga
dapat diperoleh bermacam-macam hasil untuk keperluan kehidupan, seperti rotan
untuk alat-alat rumah tangga, kayu untuk bahan pembuat rumah, kursi, meja,
bahan baku
kertas, dan sebagainya. Kecuali itu hutan adalah tempat perlindungan bagi satwa
dan beraneka jenis hewan.
d.
Pertambangan
Di lingkungan
kita terdapat sumber kekayaan yang berada di dalam perut bumi dikenal sebagai
bahan tambang. Bahan-bahan tambang itu sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Apabila kita telah sejumlah ayat al-Qur’an, disana kita dapati isyarat
tentang adanya mineral dalam bumi yang dapat dikeluarkan melalui eksplorasi
pertambangan, pada QS. 57:4 disebutkan:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian
Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan
apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. 57:4).
Ayat tersebut
memberikan gambaran dan isyarat yang merangsang manusia untuk melakukan
eksplorasi kekayaan alam. Bahwa apa yang masuk dalam bumi dan keluar dari
padanya memberikan petunjuk adanya “sesuatu” yang tersimpan dalam perut bumi
yang perlu diteliti dan dimanfaatkan manusia.[7]
Pencemaran
Lingkungan
Polusi atau
pencemaran adalah suatu keadaan dimana kondisi suatu habitat (tempat dimana
makhluk hidup itu berada) tidak murni lagi, karena pengaruh terhadap habitat
tersebut. Pencemaran lingkungan disebabkan oleh berbagai hal, terutama
disebabkan perbuatan dan tingkah laku manusia yang tidak memperhatikan
keserasian alam dan kelestariannya.[8]
Krisis
lingkungan yang tengah terjadi sekarang ini adalah akibat kesalahan manusia
menanggapi persoalan ekologinya, begitu menurut ahli sejarah, Lynn White Jr. apa
yang dilakukan manusia terhadap lingkungan hidupnya bergantung pada apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan apa yang
ada di sekitar mereka. Lebih tegas lagi dikatakannya, bahwa akar dari sumber
krisis lingkungan manusia hari ini sangat dipengaruhi oleh keyakinan tentang
alam kita dan takdirnya yaitu oleh agama.[9]
Pencemaran
lingkungan itu dapat berupa:
Pencemaran
tanah
Pencemaran tanah
disebabkan berbagai hal, seperti sampah-sampah plastik, kaleng-kaleng,
rongsokan kendaraan yang sudah tua. Plastik tidak dapat hancur oleh proses
pelapukan dan besi tua menimbulkan karat, sehingga tanah tidak dapat ditumbuhi
tanaman.
Pemakaian pupuk
yang terlalu banyak, tidak wajar dan tidak menurut aturan yang telah ditentukan
bisa juga menyebabkan polusi tanah. Tanah pertanian menjadi kering dan keras,
karena jumlah garam yang besar akan menyerap air tanah. Guna mencegah atau
mengurangi polusi tanah ini maka pemakaian pupuk di daerah pertanian hendaklah
menurut aturan yang telah ditentukan. Sampah-sampah pun harus dibuang di tempat
pembuangan atau dibakar di tempat yang telah tersedia.[10]
Pencemaran
udara
Pencemaran udara
disebabkan bermacam-macam pula, bisa disebabkan asap keluar dari pabrik-pabrik
dan kendaraan bermotor dan bisa juga disebabkan hawa tubuh manusia atau
pemukiman yang terlalu padat dan sesak. Makin besar jumlah penduduk, bersamaan
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, makin banyak pula pabrik didirikan serta
diproduksi mesin-mesin serta kendaraan bermotor untuk mencukupi kebutuhan
penduduk, dan karenanya polusi udara semakin buruk.
Polusi udara
dapat mengganggu pernapasan dan dapat menimbulkan penyakit pada alat-alat
pernapasan, asma, bronkhitis, dan sebagainya. Hal itu disebabkan banyak gas
yang membahayakan kesehatan bercampur dengan udara, seperti: gas karbon
monoksida, dan partikel-partikel halus dari timah hitam, polusi udara juga bisa
membahayakan lalu lintas, baik darat, laut maupun udara.
Pencemaran
air
Pencemaran air
dapat terjadi karena penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan, seperti
penggunaan DDT, endrin melebihi dosis yang telah ditentukan. Pencemaran itu
dapat pula disebabkan bahan pencuci yang dibuang ke sungai. Yang sering tidak
disadari ialah pembabatan hutan di pegunungan yang menyebabkan erosi tanah dan
banjir berkepanjangan sehingga air yang semestinya bening menjadi keruh.[11]
Pencemaran
suara
Suara juga bisa
tercemar, karena berbagai akibat kegiatan manusia yang semakin berdesakan dan
hiruk pikuk di pabrik dan pemukiman. Pencemaran suara terutama dirasakan di
kota-kota yaitu adanya suara kendaraan bermotor, kapal terbang, pabrik-pabrik,
pasar-pasar, dan sebagainya. Suara yang terlalu bising mengganggu ketenangan,
dapat menimbulkan gangguan jasmaniah dan rohaniah, misalnya gangguan jantung,
kelenjar pernapasan, gangguan saraf, perasaan gelisah dan sebagainya.[12]
Kesimpulan
Menelaah
uraian-uraian di atas nyatalah bahwa lingkungan hidup yang telah tersedia ini
diciptakan Allah untuk kepentingan hidup manusia selaku salah satu komponen
biotik dalam lingkungannya, manusia mempunyai kelebihan dari makhluk lain,
yaitu akal dan budi. Dengan inilah manusia mempunyai kedudukan istimewa dalam
lingkungannya. Dengan akal dan pikirannya, manusia banyak bertindak sehingga
kebutuhan manusia lebih diutamakan dari kepentingan yang lain. Tetapi
bagaimanapun manusia itu ada yang melestarikan dan ada yang merusak.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelany
HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Bumi Aksara, Jakarta, 2000.
Fachruddin
M. Mangunjaya, Konservasi Alam dalam Islam, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005.
Juli
Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, Gajahmada University
Press, Yogyakarta, 2002.
Amin
Suyitno, dkk., Ilmu Alamiah Dasar, Wicaksana, Semarang, 2002.
[1]
Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm. 196.
[2]
Fachruddin M. Mangunjaya, Konservasi Alam dalam Islam, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 8.
[3]
Kaelany HD, op.cit., hlm. 197-198.
[4]
Fachruddin M. Mangunjaya, op.cit., hlm. 9-10.
[5]
Juli Soemirat Slamet, Kesehatan Lingkungan, Gajahmada University Press, Yogyakarta, 2002, hlm. 36.
[6]
Kaelany HD, op.cit., hlm. 198.
[7] Ibid.,
hlm. 202-203
[8] Ibid.,
hlm. 204.
[9]
Fachruddin M. Mangunjaya, op.cit., hlm. 7.
[10]
Kaelany HD, op.cit., hlm. 204.
[11]
Amin Suyitno, Mujiasih, Walid, Ilmu Alamiah Dasar, Wicaksana, Semarang, 2002, hlm.
23-24.
[12]
Kaelany HD, op.cit., hlm. 204
0 comments:
Post a Comment